hullaaaaaaaa~...
Well, kali ini akan meluncurkan FF part 1 of 'Take Care of My Girlfriend' ---> Love sick which was created by ne yeodongseng. Terharu banget dulu waktu pertama kali baca ceritanya. Naaaahhhh.... kalian pasti penasaran, kan? cekidot aja yeeee
===================
Title : Take Care of My Girlfriend - Love Sick
Author : Si Jenius Luarbiasa, yaddkyen~! ;)
Genre : angst
Cast : Lee Hongki (FT Island) x Han Yuri (author's old sister)
add cast : Shin Eunhwa
*Lee Hongki POV*
“Hongki-ah!” seru seorang gadis sambil melambai ke arahku. “Maaf aku telat.
Tadi aku ketinggalan bus, jadi harus menunggu… maaf ya…”
“Tidak apa kok Yuri-ah. Ayo, duduk dulu. Kamu pasti lelah sudah lari-lari…”
“Wuah…Hongki -ku baik sekali… hehehehehe…”
“Hehehehehehe…”
“Oia, ini!” Yuri menyodorkan sebuah bungkusan padaku. “Selamat 3 tahun!”
lanjutnya.
Hari ini tanggal 3 Juli 2009. Ya… sudah 3 tahun…
~flashback
Gawat! Sekarang aku ada praktikum! Aku berjalan melintasi koridor demi
koridor, ruangan demi ruangan… kenapa sih jarak lab itu sangat jauh dari
kelasku.
Eh, tunggu dulu. Kakiku terhenti di depan ruang musik. Aku bisa mendengar
suara yang sangat merdu dari dalam ruangan itu. karena penasaran, aku memasuki
ruangan itu. di sana aku melihat seorang gadis sedang asyik bermain dengan
biolanya. Matanya terpejam, sepertinya sedang menghayati lagu yang
dimainkannya. Dan melihat sosok itu mampu membuatku terpaku.
“….” Tiba-tiba suara biola itu tehenti. Si gadis membuka matanya. Dia mundur
beberpa langkah sepertinya aga kaget melihatku menatapnya.
“Kamu…” katanya sambil menatapku.
“Ah… maafkan aku…” aku menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.
“Permainanmu tadi bagus.”
“Benarkah?”
“Tentu saja.”
“Terima kasih… emh… siapa namamu?”
“Lee Hongki…”
“Aku Han Yuri.”
---
“Permainanmu makin bagus!”
“Kamu terlalu memuji Hongki-ah…”
“Aku serius! Seserius aku menyukaimu!”
“Eh?”
“Yuri-ah… Saranghae…”
~end of flashback
“Hari ini betul-betul menyenangkan!” seru Yuri sambil tersenyum.
“Kapan-kapan kita jalan seharian lagi ya!”
“Itu… Yuri-ah, aku tidak bisa…”
“Kenapa?”
“Aku tidak akan bisa jalan denganmu lagi…”
“Karena takut aku telat? Aku janji lain kali tidak akan telat…”
“Bukan itu maksudku… aku…”
“Ada apa sih Hongki-ah?”
“Aku mau kita putus saja…”
“APA?!”
“…….”
“Kamu pasti bercandakan, Hongki?”
“Maafkan aku Yuri-ah…”
“BOHONG!!”
“Terima kasih buat semua kebaikanmu padaku selama ini.”
“Kenapa kamu seperti ini? kenapa mau berpisah?”
“Aku hanya merasa lelah denganmu… rasanya sudah tidak seperti dulu. Emh… aku
sedikit bosan.”
“3 tahun itu terlalu lama ya buatmu bersamaku?”
“Yuri-ah…”
“Apa aku ini memang bukan gadis yang baik ya?”
“Yu…”
“Apa aku… seburuk itu ya…?”
“Aku tidak…”
“Bersamaku berat, ya? Sepertinya yang asyik sendiri Cuma aku…”
“…….”
“Maaf ya, aku tidak menyadari perasaanmu…”
“Yuri-ah…”
“Pasti sudah ada gadis yang lebih menyenangkan untukmu, kan?”
“…….”
“Baik. Pergilah… aku tidak ingin membuatmu menderita lagi.” Yuri kemudian
segera berlari memasuki rumahnya. Aku bisa melihat air matanya saat dia berlari
tadi.
Yuri-ah… maafkan aku… aku membuatmu menangis lagi. Maafkan aku… sudah
menyakitimu… tapi Yuri-ah, percayalah padaku, ini adalah yang terbaik buatmu…
*end of Lee Hongki POV*
*Han Yuri POV*
Sudah seminggu berlalu sejak Hongki meninggalkanku. Rasanya hidupku berputar
180 derajat, seperti di neraka!
“Pergilah…” kenapa aku bisa mengatakan hal bodoh seperti itu? bagaimana bisa
aku mengatakan itu sementara hatiku terus berteriak “Jangan tinggalkan aku!”
Ahh… air mataku mengalir lagi.
“Dasar cengeng…” tiba-tiba aku bisa mendengar suaranya, aku bisa merasakan
belaiannya di atas kepalaku, aku bisa merasakan pelukannya… hal yang biasa dia
lakukan ketika aku menangis.
Hongki-ah… bagaimana ini? aku benar-benar merindukanmu… rasanya sangat
sesak. Aku tidak tahan lagi… aku membutuhkanmu… jangan pergi… aku mohon…
--
“Yuri!” seru Shinhye sambil menepuk pundakku. “Melamun aja bu!”
“Heh? Tidak kok…”
“Oia, Yuri-ah… kita mau ke karaoke. Mau ikut tidak?” lanjut Shinhye.
“Iya, ikut yuk!” ajak Minyu juga. “Sebenarnya ini Shinhye yang teraktir.
Biasa ulang tahun…”
Aku diam sesaat. Sebenarnya aku tidak begitu suka keluar sekarang,
perasaanku masih kacau. Tapi mengingat ini ulang tahun Shinhye dan persahabatan
kami sejak kecil, aku jadi tidak enak. “Emh… baiklah. Aku ikut…”
Kami bertiga pun berjalan menuju rumah bernyanyi yang letaknya tidak jauh
dari kampus.
“Aku ke toilet dulu ya…” pamitku. Rasanya kepalaku agak pusing mendengar
suara dari soundsystem yang sangat keras itu.
“Terima kasih Eunhwa-ah….” Langkahku terhenti. Aku mengenal suara ini.
sangat amat mengenalnya. Suara yang 3 tahun ini mengisi hidupku. Suara yang
sangat aku sukai…
Aku berbalik untuk melihat si pemilik suara… “Hongki-ah…”
“Yuri…”
Aku melihatnya berdiri bersama seorang gadis. Gadis itu tersenyum ke arahku,
manis sekali. Aku juga ingin membalas senyumnya, tapi dadaku terlalu sakit
untuk tersenyum.
“Emh, aku pulang duluan ya Hongki. Sampai ketemu lagi. dah…” pamit gadis
itu, sepertinya dia bisa membaca pikiranku.
“Hati-hati…”
“Iya..” gadis itupun melangkah pergi meninggalkan aku dan Hongki. Tidak ada
satu patah katapun yang keluar dari mulut kami. Hanya ada kebekuan.
“Gadis itu ya…” kataku memecahkan kebekuan kami. Aku tidak tahu kenapa aku
mengatakan itu. itu sama saja aku menggali kuburan untukku.
“Iya…” jawab Hongki datar, sekarang dia bahkan tidak mau memandangku lagi.
“Begitu ya…” sekarang aku sudah tahu kenyataannya. aku pikir, asal aku tahu
kenyataannya maka aku akan bisa menerimanya. Tapi sekarang malah terasa jauh
lebih sakit. Lubang di hatiku terasa makin besar saja. “Dia gadis yang manis,
ya…”
“Begitulah…”
“Kamu pasti bahagia...”
“Tentu saja.”
“Dia betul-betul berbeda denganku, ya…”
“Kalian memang bukan orang yang sama…”
“Kamu beruntung, Hongki-ah…” mataku mulai terasa panas. “Seleramu makin
bagus saja…”
“Belajar dari pengalaman…”
“Kalau begitu kamu ini sangat pintar, ya?”
“Seperti itu mungkin.”
“Selamat… selamat untukmu..” aku tidak tahan lagi. suaraku mulai bergetar.
“Terima kasih. Masih ada lagi yang mau dibicarakan?”
“……”
“Kalau sudah tidak ada, aku pergi. Selamat tinggal…”
Tanpa menunggu jawaban apa-apa dariku lagi, Hongki berlalu pergi bersamaan
dengan jatuhnya butiran air hangat dari mataku.
--
Drrttt… drrttt…
Aku menatap layar handphoneku.
Calling… Park Shinhye…
“Halo…”
“Yuri-ah!”
“Ada apa Shinhye…?”
“ Hari ini aku melihat Hongki, dia…”
“Sedang bersama seorang gadis, kan?”
“Kamu tahu keadaannya? Kalau sebentar lagi…”
“Tentu saja!” gerutuku. “Maaf Shinhye, aku harus pergi, ada kerjaan. Bye…”
Tentu saja aku tahu keadaannya! Dia sekarang pasti sedang bersenang-senang
dengan gadis itu! terserah dialah! Bukan urusanku lagi! dia sudah punya wanita
lain di sampingnya!
--
“Ibu, aku pergi ya!” seruku sambil berjalan menuju taksi.
“Yuri…” panggil sebuah suara. Aku berbalik mencarinya.
“Kamu…”
“Shin Eunhwa…” kata sumber suara, gadis manis yang bersama Hongki.
“Ada apa?”
“Boleh kita bicara?”
“Aku buru-buru…”
“Kita bicara di taksi saja.” Lanjutnya sambil memasuki taksi yang akan ku
tumpangi ke bandara. “Apa yang mau dibicarakan?” tanyaku dingin. Gadis ini
sudah merebut kekasihku sekarang memaksaku untuk bicara! Aku benci dia!
“Aku…”
“Kekasih Hongki, kan?” tanyaku masih dingin.
“HAH?!” mata gadis itu terbelalak, kaget. Membuatku jadi kebingungan. “Aku
bukan kekasih Hongki…”
Heh? Bagaimana mungkin… “Tapi Hongki bilang…”
“Oh, jadi itu yang Hongki katakan ya? Anak itu…”
“Maksudmu?”
“Aku sepupu Hongki..”
“HEH?!” apa maksudnya ini? aku betul-betul bingung.
“Yuri-ah… aku datang ke sini untuk memberikan sesuatu, rahasia Hongki.”
Katanya sambil menyodorkan sebuah surat padaku.
“surat itu adalah surat yang ditulis Hongki untukku. Tapi aku rasa kamu
sebaiknya membacanya..”
Dengan perasaan bingung dan penasaran aku mulai membuka surat itu dan
membacanya dengan seksama.
“Tidak mungkin…” mataku terasa panas membaca surat itu. “Bohong. Ini semua
tidak mungkin!”
“Maaf Yuri. Itu kenyataannya…” Eunhwa mengusap pundakku. Tiba-tiba aku
teringat telpon dari Shinye. Jangan-jangan maksudnya…
“Dia…”
“Iya…”
*Lee Hongki POV*
“Terima kasih Eunhwa-ah….”
“Hongki-ah…” aku mendengar suara yang memanggilku dari belakang.
“Yuri…”
Aku melihat Yuri sedang berdiri menatapku. Pandangan kami bertemu.
“Emh, aku pulang duluan ya Hongki. Sampai ketemu lagi. dah…” pamit Eunhwa,
sepertinya dia sengaja memberikan aku dan Yuri kesempatan.
“Hati-hati…” balasku.
“Iya..” Eunhwa pun berlalu. Aku dan Yuri hanya saling bertatapan dalam waktu
yang lama.
“Gadis itu ya…” kata Yuri memecahkan keheningan kami
“Iya…”jawabku sambil mengalihkan pandangan, aku takut dia mendapati kebohongan
di mataku.
“Begitu ya…” suaranya terdengar lemah. “Dia gadis yang manis, ya…”
lanjutnya.
“Begitulah…” kataku.
“Kamu pasti bahagia...”
“Tentu saja.” Hahahaha… sekarang aku sudah jadi pembohong yang hebat ya!
“Dia betul-betul berbeda denganku, ya…”
“Kalian memang bukan orang yang sama…” ya, kalian bukan orang yang sama.
tidak akan ada orang yang sepertimu lagi buatku, Yuri-ah.
“Kamu beruntung, Hongki-ah… Seleramu makin bagus saja…”
“Belajar dari pengalaman…” aku mohon jangan bicara lagi Yuri-ah
“Kalau begitu kamu ini sangat pintar, ya?”
“Seperti itu mungkin.” Ya, aku begitu pintar untuk berbohong dan
menyakitimu. Maafkan aku…
“Selamat… selamat untukmu..” suaranya bergetar. Sepertinya tangisnya akan
pecah.
“Terima kasih. Masih ada lagi yang mau dibicarakan?” aku tidak bisa berdiam
diri lebih lama lagi.
“……”
“Kalau sudah tidak ada, aku pergi. Selamat tinggal…” aku melangkah pergi.
Maafkan aku, Yuri. Aku tidak mau menyakitimu lagi dengan semua kata-kata
bohongku ini. sudah cukup kamu terluka karenaku. Maaf…
*Shin Eunhwa POV*
“Keadaan Hongki makin memburuk, dia harus rawat inap mulai sekarang…” kata
Dokter padaku. Dengan langkah gontai aku berjalan keluar.
“Hongki-ah…” aku terkaget mendapati Hongki berdiri di depan pintu. “Kamu…
mendengar semunya?”
“aku tidak apa-apa kok…” dia tersenyum. “Aku harus rawat inap, ya? Mulai
kapan?”
“Hari ini…”
“Oh, begitu ya?” dia mengangguk. “Aku setuju.” Kemudian dia tersenyum.
--
Aku melihat Hongki tertidur. Dia terlihat sangat damai, padahal dia harus
menanggung banyak penderitaan di usianya yang masih sangat muda.
Lee Hongki adalah sepupuku yang sejak kecil tumbuh bersamaku. Diusianya yang
ke-7, dia harus kehilangan orangtuanya dan hidup bersama keluargaku. Dia anak
yang penurut dan manis. Di usianya yang ke-9, dia harus menanggung penderitaan
yang jauh lebih berat lagi.
~flashback:
“Wuah, bunganya tumbuh!” seru Hongki sambil meraih pot yang ada di pinggir
jendela.
“Indah!” bunganya betul-betul indah. “Ayah dan ibu harus melihatnya! tunggu ya!”
Aku berlari mencari ayah dan ibu, melintasi koridor demi koridor. “Ah, itu
mereka!” ayah dan ibu sedang berbicara dengan dokter…
“Apa tidak ada jalan agar Hongki bisa sembuh?”
“Tentu saja kami tidak akan menyerah untuk menyelamatkan Hongki. Tapi, bahkan
dengan kemajuan teknologi sekarang ini… masih sulit. Tapi meskipun pengobatan
tidak begitu efektif, kalau Hongki memperhatikan makanan dan terus check up,
dia…”
“Bisa memperpanjang umurnya? Berapa lama dia bisa bertahan?”
“Ayah!”
“Ibu, kita harus tahu…”
“Tanpa donor hati… Hongki mungkin tidak bisa bertahan lebih dari 22 tahun…”
Tidak mungkin… Hongki… aku ingin segera berlari menemui Hongki… tapi begitu
aku berbalik, aku melihat dia berdiri di dekatku.
“Hongki-ah…”
“Begitu ya…” aku melihatnya tersenyum, tapi matanya berkaca-kaca.
“Itu tidak benar… Hongki pasti sembuh!” seruku sambil memeluknya.
“Terima kasih, Eunhwa-ah…”
~end of flashback
Itulah penderitaan terbesar yang harus dihadapi Hongki. Limit waktu… dan
penderitaannya tidak hanya sampai di situ. Gara-gara jin penyakit itu… Hongki
juga harus kehilangan cintanya…
Tanpa kuasa, air mata bergulir turun membasahi pipiku. Kenapa Tuhan begini
kejam terhadapnya… kenapa mengambil banyak hal dari Hongki…
“Eunhwa-ah…”
“Hongki-ah… kenapa begini…?” aku tidak tahan lagi. “Kenapa kamu tidak
mengatakan keadaanmu padanya saja? Setidaknya kamu bisa berbahagia… kenapa? Ini
tidak adil untukmu!”
“Dan jika aku bersamanya hingga akhir hayatku, ini tidak akan adil
untuknya…” dia tersenyum lembut.
“Maksudmu?”
“Eunhwa-ah… kalau aku pergi seperti ini, dia akan membenciku dan bisa
melupakanku kemudian berbahagia dengan orang lain. Tapi… jika dia menemaniku
sampai akhir, aku takut dia tidak akan bisa melupakanku, dia akan terus
membayangkan aku yang kesakitan, dan terus menangisiku. Mungkin
kedengaran sangat ge-er. Tapi aku hanya ingin dia tersenyum.. aku juga akan
tersenyum asalkan dia tersenyum.. bahagia untuk bahagianya…”
“Hongki-ah…”
“Sudahlah Eunhwa-ah…” dia membelai lembut kepalaku.
“Maafkan aku. Akan lebih baik jika aku yang berada di posisimu, tapi aku
tidak bisa melakukan apa-apa. Maaf, aku tidak bisa menolongmu… padahal dulu aku
bilang akan menggantikan orang tuaku melindungimu makanya membawamu ke kota…
maaf…”
“Ini semua bukan salahmu Eunhwa-ah. Lagipula, segala sesuatu itu terjadi
untuk sebuah alasan. Hal ini pun juga, Tuhan pasti punya rencana. Percayalah…
semoga ini yang terbaik…” senyum masih terukir di bibirnya.
Aku betul-betul kalah telak darinya. Dia yang merasakan semua sakit, tapi
aku yang malah menangis untuknya. Padahal harusnya aku sama sekali tidak
merasakan sakitnya. Dia begitu tegar menghadapi semuanya… terlalu tegar… aku
juga ingin menjadi tegar untuknya.
--
“Dokter! Tolong dokter! TOLONG!!!”
Dokter dan perawat dengan seragam putihnya segera masuk dan mengerumuni
Hongki yang tengah menjerit kesakitan.
Entah apa yang dia lakukan dengan tubuh Hongki, aku melihatnya memberontak
dan berteriak. Tapi selang beberapa menit kemudian tubuhnya berhenti bergerak.
Layar di samping Hongki berubah, tidak lagi menunjukkan garis naik turun tidak
beraturan. Tapi sebuah garis lurus…
Seorang dokter mendekatiku.
“Aku betul-betul minta maaf… tapi kami sudah melakukan semua yang kami bisa.
Maaf…” katanya padaku. “Waktu kematian 16.37…” lanjutnya.
Kakiku gemetar… aku terjatuh, tidak tahu lagi kekuatanku ke mana hingga aku
tidak bisa berdiri. Tidak lama kemudian seorang perawat memberikan surat
padaku.
“Ini dititip Hongki pagi tadi saat pemeriksaan…”
Aku meraih surat dari perawat itu…
Untuk sepupu terbaik yang bisa kumiliki di seluruh dunia ini,
Shin Eunhwa
Eunhwa-ah… akupergi…
Maaf aku berpamitan seperti ini…
Aku juga minta maaf sudah menimbulkan banyak kesusahan untukmu..
Demiku, kamu terus belajar dengan giat…
Demiku, kamu menggunakan semua waktu luangmu untuk mencari uang dan
merawatku..
Demiku, kamu bahkan meninggalkan cintamu..
Aku ini betul-betul benalu buatmu…
Tapi meskipun aku ini benalu, kamu tidak pernah mencabutku.. kamu bahkan
terus menjagaku agar tidak lepas darimu..
Eunhwa-ah…
Terima kasih… sangat berterima kasih untuk semua kebaikan yang telah
kamu berikan padaku..
Padahal aku ini hanya sepupumu, tapi kamu menjaga seperti adik kandungmu
sendiri. Terima kasih…
Terima kasih juga telah memberikan semangat padaku hingga akhir… terus
memberikan harapan padaku dan terus berdoa untuk kesembuhanku… terima kasih…
Eunhwa-ah… kadang aku bertanya pada Tuhan…
“Kenapa itu aku?”, “Kenapa jin penyakit ini memilihku?”, “Apa salahku?
Aku ingin bisa hidup normal seperti yang lainnya!”
Dan di saat seperti itu aku akan menangis dan marah…
Menyesali takdirku…
Tapi… aku bertemu Yuri. Gadis yang membawa banyak perubahan dalam
hidupku…
Jujur… aku sangat ingin bertemu Yuri.
Oia Eunhwa-ah, apa kamu masih ingat cerita tentang bagaimana aku bertemu
dengannya? Itu diawal kepindahan kita ke Seoul, sewaktu aku masuk SMA. Aku
pikir aku jatuh cinta padanya saat itu juga. Yuri memberikan aku harapan untuk
hidup. Untuk orang seperti diriku… mungkin masih ada masa depan yang bahagia
juga… aku ingin bisa selalu ada di sisinya. Han Yuri… cinta pertamaku. Aku
menjalani sisa hidupku dengan kebahagiaan dan kekuataan darinya. Tapi…
aku tidak pernah bisa lepas dari penyakitku.
Ingat ketika kita di karaoke? Kita bertemu dengannya… aku pikir
Tuhan memberiku kesempatan untuk memperbaiki semuanya… minta maaf dan
menceritakan semuanya lalu kami bisa bersama lagi. Han Yuri… dia sama sekali
tidak berubah. Meski sudah menyakitinya, dia masih sama seperti yang
dulu. Aku masih bisa merasakan cintanya yang tidak berkurang… malah membuatku
makin sadar, rasa cintanya makin besar. Dia masih Han Yuri yang kucintai…
itulah kenapa aku tidak jadi mengatakannya… karena usiaku sudah 21 tahun 11
bulan dan aku masih belum mendapatkan donor… aku mungkin tidak akan ada di masa
depannya.
Aku ingin berada di sisi Yuri selamanya… sangat ingin… setidaknya aku
ingin mengatakan “Aku mencintaimu” sekali lagi… tapi… inilah takdirku. Tapi
apakah kamu tahu, Eunhwa-ah… sekarang, aku bersyukur. Bersyukur menjadi
dirku… meskipun hidupku terdengar sangat menyedihkan, tapi jika aku tidak
terlahir sebagai diriku… aku tidak akan bertemu denganmu dan Yuri, mencintai,
dan dicintai… dan aku tidak mau begitu. Aku bahagia seperti ini. sungguh…
Eunhwa-ah… Yuri-ah… kalian berdua orang yang penting dalam hidupku…
Aku berdoa, semoga kalian berdua bisa hidup bahagia selamanya…
Selama hidupku, kamu selalu menjagaku dan membuatku senang… karena itu…
aku titip Yuri padamu… tolong jaga kekasihku…
Dan Eunhwa-ah… raihlah kembali cintamu yang kamu tinggalkan karenaku…
Segala sesuatunya terjadi karena sebuah alasan…
Mungkin hal ini terjadi agar aku bisa lebih merasakan dan menghargai
cinta yang kalian berikan padaku…
Tuhan selalu punya rencana untuk kita…
Sepupu benalumu,
Lee Hongki.
Air mata bergulir turun lagi. Maaf Hongki-ah… aku menangis lagi… padahal aku
sudah berjanji untuk tegar demimu. Tapi… ijinkan hari ini aku melanggar janjiku
hari ini. Ijinkan hari ini aku menangis… aku mohon…
*Author POV*
Seorang gadis dengan pakaian pengantin duduk di depan sebuah makam dengan
papan bertuliskan ‘Lee Hongki’.
“Hongki-ah… sekarang, aku akan selalu berada di sisimu…” dia meletakkan
sebuah kertas di depan makam. ‘Marriage Application’. “Mulai hari ini, aku
adalah istrimu dan sebagai istri, aku akan menghabiskan sisa hidupku dengan
kamu di hatiku.” Gadis itu diam beberapa saat. “Hongki-ah… hidup adalah
hal yang menyedihkan untukmu… tapi aku bersyukur Tuhan memberikanmu hidup.
Karena aku bisa berjumpa denganmu… jatuh cinta padamu… dan untuk itu semua aku
bersyukur. Dan tidak akan pernah menyesal. Jika ada kehidupan lagi… aku ingin
berjumpa denganmu lagi, jatuh cinta denganmu lagi… bahkan jika aku tahu akan
ada konsekuensi seperti ini, aku tetap ingin begini… ingin bisa terus jatuh
cinta denganmu…”
Air mata mengalir turun membasahi pipinya, tapi sebuah senyum manis terukir
di wajahnya.
Gadis itu mendekatkan dirinya untuk memeluk makam itu dan mengecupnya… “Aku
mencintamu Lee Hongki…”
Kemudian dia menyandarkan tubuhnya di makam itu. “Kamu akan menungguku, kan?
Sampai jumpa… sampai bertemu lagi di suatu tempat…”
===========================================
seeyaaaaa~ :D