Tampilkan postingan dengan label By Jimoon. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label By Jimoon. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 08 Desember 2012

I Miss You Chapter 2


#currentmood: wanna die. would you kill me?
#currentsong: tak pernah setengah hati - tompi

=========

Title                      : Miss You, Can You Feel That?
Author                  : Yadd
Type                     : Straight
Genre                   : Romance
Cast                      : Shin Soowon (author); Shin Jewon (Pippo itu Fifah); Kim Sungkyung (Tamiko); Shim Changmin (TVXQ member); Kim Junsu (TVXQ member)
Summary             :  sungguh… aku sangat merindukanmu… Apa kamu juga merasakan hal yang sama?


“BADA~!!! Baguskan, chagiya?”

“Ne. Apalagi matahari senjanya…”

“Tapi tidak ada yang bisa mengalahkan indahnya chagiyaku ini!”

“Hahahahaha… Dasar gombal~!”

“Aku serius!”

“Iyakah?”

“Tentu saja, Chagiya… kenapa kamu tidak percaya padaku?”

“Iya iya, aku percaya kok, Kim Junsu ku sayang…”

“Aish… bagaimana aku bisa sedih mendengarmu memanggilku seperti itu.”

“Hehehehe… Kan aku Shin Soowonnya Kim Junsu…”

“Tentu saja, selamanya!”


*end of flashback*
--

“Junsu-ah…”

Aku berjalan di tepi pantai, membiarkan air laut membasahi kakiku… hangatnya terasa hingga membuat mataku panas ataukah air laut yang hangat itu masuk ke tubuhku dan keluar dari mataku? Entahlah. Yang aku tahu, ini namanya menangis.

Kepalaku terasa sangat berat dengan berbagai memori.

Kim Junsu... aku sedang berada di pantai… apa kamu iri? Langitnya sangat bagus. Harusnya kamu ke sini… aku… aku… aku merindukanmu…
--

“Soowon-ah… kenapa kamu basah?” tanya Sungkyung ketika aku memasuki rumah, rupanya dia belum pulang setelah membantuku mengurus rumah.

“Tidak apa kok eonni…”

“Tapi…”

“Aku capek, eon. Aku mau istirahat…” aku berjalan meninggalkan Sungkyung yang menatapku dengan tatapan khawatir. Rasa bersalah menghantuiku. Tidak seharusnya aku bersikap seperti ini pada Sungkyung. Dia selalu baik padaku dan juga mengurusiku. Bahkan walaupun kami tidak punya hubungan darah, dia memperlakukanku seperti adik kandungannya. Tapi kepalaku benar-benar pusing. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan…

Sesampainya di kamar, aku segera menghempaskan tubuhku ke ranjang. Kumpulan memori itu terus saja berputar-putar di kepalaku membuat air mataku kembali turun. Sial! Seberapa kerasnya usahaku menghapus air mata itu, dia selalu saja bisa muncul kembali. Hingga akhirnya aku jatuh tertidur…
--

“Junsu-ah, mianhae…” aku menatap lekat laki-laki yang berdiri di hadapanku itu. Jantungku berdegup kencang, entah mengapa… aku merasa sesuatu akan terjadi. Apa itu sesuatu yang buruk? Aku harap bukan…

“Kamu tidak perlu minta maaf, Soowon-ah. Kamu tidak salah. Tidak ada yang salah.” Jakunnya naik turun saking seringnya dia menelan ludah. Matanya terus memandang ke luar jendela. “Sudah, kamu istirahat sana biar keadaanmu lebih baik. Besok ada ujian, kan?” Junsu menghindari bertemu pandang denganku.

“Junsu-ah, kenapa kamu selalu menghindar setiap kita membicarakan ini?” aku merasa sedikit kesal.

“Aku tidak pernah menghindari apa pun!”

“Aku minta maaf karena saat itu aku tidak datang, aku minta maaf karena…”

“Soowon-ah, selama ini aku berusaha mengerti kejadian itu, berusaha mengerti kamu, berusaha mengerti keadaan ini! Jadi aku mohon, jangan bahas ini lagi!” Junsu balik memandangku lekat. Dia kemudian menghela napas pelan. “Jujur aku belum bisa mengerti keadaan ini. Tapi tolong aku minta sama kamu, ngerti aku juga!”

“Aku mengerti Junsu-ah! Sangat mengerti! Aku tahu aku salah sudah melanggar janji kita, apalagi ada orang tuamu! Tapi… Sungkyung itu sudah seperti kakakku sendiri! Kamu tahu tidak bagaimana rasanya melihat orang yang dekat padamu terkapar di jalan penuh darah! Kamu yang tidak mengerti aku!”

Junsu memejamkan matanya, menarik napas dalam, lalu kembali memalingkan wajah. “Mungkin kamu benar, Soowon-ah, kita tidak baik-baik saja. Kita berusaha saling mengerti satu sama lain, nyatanya kita tidak bisa. Kita sama-sama tidak mengerti apapun.”

“Kamu mau bilang aku tidak berusaha selama ini? Aku sudah berusaha keras!” mataku memerah. Aku bisa merasakan amarah pada diriku, merasakan begitu besar rasa cintaku untuk laki-laki ini, dan juga merasakan kekecewaan yang teramat sangat.

“Berusaha apa, Shin Soowon-ah? Berusaha untuk dirimu sendiri, kan?”

“Kamu mau bilang kita seharusnya tidak begini? Mau bilang ini semua salahku?”

Junsu tidak menjawab. Aku menatap Junsu. Aku tidak kuat lagi. air mata akhirnya jatuh juga membasahi pipiku.

Junsu terus memejamkan matanya, tidak menjawab sepatah kata pun. Aku mengusap air mataku, berusaha mengatur napasku. “Aku tidak menyangka. Betul-betul tidak menyangka. Sekarang, setelah semua ini, kamu bilang aku tidak tahu apa-apa? Kamu mau bilang aku bukan kekasih yang baik? Kamu mau bilang aku tidak bisa apa-apa? Iya kan, Kim Junsu? Jawab aku!” Aku mengguncangkan bahu Junsu. Emosiku tidak terkendali.

Junsu berusaha mengatur napasnya. “Soowon-ah… sekarang… aku tidak tahu apa aku mencintaimu atau tidak…”

Aku tertegun sejenak. Aku tidak menyangka dengan apa yang baru saja aku dengar. “Oke, fine! Jadi kamu mau bagaimana sekarang, hah?”

“Entahlah. Aku pusing, aku mau pulang.”

“Kenapa kamu terus menggantung semua masalah, Kim Junsu?”

“Sudahlah Soowon! Aku lelah dengan semua ini! Aku lelah!”

“Kamu pikir aku tidak lelah dengan semua ini? Dengan berbagai masalah yang terus mengusikku dan tidak pernah terselesaikan? Sebenarnya apa yang kamu inginkan?”

“Aku ingin kita break saja dulu…”

“Jadi… kamu mau kita pisah? Kita hidup sendiri-sendiri… itu kan yang kamu mau?”

“Aku pergi dulu…” Junsu keluar dari apartemenku. Aku berusaha mengejarnya, tapi langkahku terhenti saat bus membawanya berlalu dari pandanganku. Tubuhku terasa lemas, tulang-tulangku sepertinya remuk.

Sudah berakhir…

Dan kami berdua terluka…
--

“Junsu-ah…” aku terbangun. Keringat membasahi tubuhku. Mimpi itu muncul lagi. Tuhan, kenapa?
=========

mian kalo chapter 2 nya agak berantakan. saya juga sedang berantakan. harap maklumi... maaf buat salah-salah saya selama ini...
tapi, saya berharap kalian bisa menikmati usaha saya, meskipun sedikit...






Sabtu, 20 Oktober 2012

I Miss You Chapter 1


#currentmood: :’(
#currentsong: Miss you – TVXQ

Cuaca lagi tidak menentu ini sejalan dengan pikiran yang kacau. Hualahhhh~, ga' ada kerjaan mending share cerita dede' lagi deh. 

Semoga viewer selalu tersenyum dan bahagia...


===========

Title         : Miss You, Can You Feel That?
Author     : Yadd
Type        : Straight
Genre      : Romance
Cast         : Shin Soowon (author); Shin Jewon (Pippo itu Fifah); Shim Changmin (TVXQ member); Kim Junsu (TVXQ member)
Summary :  sungguh… aku sangat merindukanmu… Apa kamu juga merasakan hal yang sama?


Ada hal yang belum selesai di antara kita…
Bukan benci atau dendam… bukan… sungguh bukan itu.
Hal itu hanyalah sebuah tanda tanya besar mengapa kamu melakukan ini padaku?
Mengapa kamu meninggalkanku di saat aku sangat membutuhkanmu…?
Aku marah, kesal, kecewa…
Tapi, tahukah kamu, semua itu bisa tertutupi oleh kehangatan cinta yang masih menyala-nyala dalam hatiku?

Aku terus saja berdoa, semoga saja suatu saat nanti aku bisa mendengar suaramu lagi…
Semoga saja suatu saat nanti aku bisa melihat sosokmu lagi…
Aku menengadah ke langit, berharap kita melihat bulan yang sama, seperti yang pernah kamu katakan padaku dulu sekali…
Kemudian aku menutup mataku, berusaha memunculkan refleksi bayangmu di sisi…

Ya, mungkin aku ini terdengar sentimental atau seorang melankolis…
Tapi… sungguh… aku sangat merindukanmu…

Apa kamu juga merasakan hal yang sama?
---

“Aku pamit eonni!”

“Ne, hati-hati di jalan Soowon-ah!”

“Ne…”

Aku menarik jaket dan tas ransel hitamku di sofa kemudian segera berlari menuju Audy RX-8ku yang sudah menunggu di depan rumah dan membawanya berlari secepat kilat. Hari ini aku harus mengumpulkan naskah baru ke penerbit, ya… sebut saja “Deadline”. Fyuuuh…

Oia, namaku Shin Soowon, 22 tahun, seorang penulis.

Setelah memarkir mobilku, aku segera bergegas menuju lantai 7.

“Jewon-ah!”

Seorang wanita yang chubby berbalik saat aku memanggil namanya. “Soowon-ah…” balasnya.

“Ini…” kataku sambil menyodorkan sebuah amplop cabinet besar padanya.

“Oke! Naskah sudah masuk, on time!” katanya sambil mengacungkan jempol padaku, membuatku jadi cengengesan. “Besok kita bahas bersama ya, aku baca dulu.” Lanjutnya.

“Oke, nyonya editorku!” sahutku.

“Hahahahhaa… dasar! Terima kasih untuk kerja kerasnya ya… sekarang kamu bisa istirahat sambil memikirkan ide selanjutnya, nyonya penulisku…”

“Hohohohoho… kamu sedang balas menggodaku, ya?” balasku sambil menyenggolnya.

“May be…”

“Fyuuuuhhhh~”

“Oia, sudah makan belum?”

“Wuah, mau mentraktirku ya? Kebetulan sekali aku belum makan dari kemarin!”

“Enak saja traktir! Aku juga belum makan siang.”

“Hyuuu, payah!”

“Terserahlah. Tapi Changmin mempromosikan sebuah restoran baru, katanya makanannya enak…”

“Oya?”

“Iya. Aku mau coba makan di sana… kamu mau ikut tidak?”

“Emh… boleh!”

Aku dan Jewon pun berjalan menuju baby RX ku. Entah mengapa aku punya firasat aneh tentang restoran ini. Dan benar saja firasatku itu.

“Sudah sampai!” kata Jewon sambil keluar dari mobil. “Wuah… di depan ada pantai loh!”

Aku ikut keluar dan memandangi pantai itu… pantai itu… berbagai flashback segera muncul menyerang pikiranku…

“Hoi! Jangan melamun aja! Yuk masuk!” Suara Jewon dan tepukannya di bahuku berhasil membawaku ke alam sadar.

“Ah, iya…”

Kami pun berjalan beriringan memasuki restoran itu. sebuah restoran dengan desain unik, penuh budaya…

“Selamat datang di Restoran Indonesia…” sapa seorang pelayan pada kami. “Ini menunya, silahkan di lihat dulu, kalau sudah siap pesan, kami siap melayani…” lanjutnya sambil menyodorkan buku menu.

Ah, Indonesia ya? Pantas saja aku merasa tidak asing dengan suasana ini. sekedar tambahan, aku bukanlah asli berdarah Korea. Ayahku yang orang Korea menikah dengan ibuku yang merupakan wanita asal Indonesia. Aku pernah sekali ke sana, waktu itu aku masih berumur 5 tahun.

“Kamu mau pesan apa, Soowon-ah?”

Aku melihat daftar menu, mencari makanan yang dulu selalu ibu buatkan untukku… “Emh… Bakso!”

“Bakso? Emh… kalau begitu aku tidak boleh memesannya.”

“We?”

“Kan lebih bagus kalau kita makannya bervariasi…”

“Ah, betul juga…”

“Aku pesan sate ayam saja…”

Setelah menentukan pesanan, seorang pelayanpun menghampiri kami dan mulai mencatatnya. Beberapa menit kemudian dia kembali membawa pesanan kami.

Drrtttt… Drrtttt….

“Jewon-ah, hapemu bergetar…”

“Ah… Changmin…” katanya begitu melihat handphonenya kemudian mengangkatnya dengan terburu-buru. “Ya, Chagiya? Aku sedang makan bersama Soowon. Di restoran yang kamu rekomendasikan. Apa? Ooh… baiklah… oke! Bye Chagiya…”

“We?”

“Changmin mau mengajakku keluar…”

“Wuah, enaknya yang punya pacar~!” godaku

“Kamu sih, jomblo terus! Cari pacar juga kalau iri! Lagian tuh banyak kok yang mau sama kamu!”

Pacar ya? Aku hanya tersenyum kecut. “Aku tidak tertarik.”

“Mau jadi perawan tua, hah?”

“Mungkin…”

“Ckckckck… dasar kamu ini!”

“Hehehehe… oia, bagaimana dengan Changmin? Aku antar ke kantor atau bagaimana?”

“Katanya dia sedang menuju ke mari…”

“Oh, jadi jasa supirku sudah tidak dibutuhkan lagi, ya? Hiks… hiks…”

“Ayolah… jangan begitu! Lagi pula kamu ini sahabatku sejak kuliah, bukan supir!”

“Hehehehehe… begitu ya?”

“Memangnya bukan ya?”

“Iya, iya… Shin Jewon, sahabatku tersayang!”

Beberapa saat kemudian Changmin sudah menculik Jewon dari hadapanku. Hyuuu~
Aku pun memutuskan untuk pergi dari restoran itu. tapi begitu membuka pintu, langkahku terhenti dengan mata yang terpaku pada hamparan pantai… mataku jadi panas dan buram, pipiku mulai basah…

“Junsu-ah…”

=========

demikian chapter 1nya... gantung ya? maaf, emang sengaja... hehehehe XDD

jangan lupa BCL ya cutie readers, soalnya itu bisa nambah kekuatan author saat ini... biar FF nya juga nggak ngestuck~ oke oke?

please, dont be a silent reader...^^ *membungkuk dalam-dalam

















kim junsu


sim changmin



Senin, 08 Oktober 2012

TAKE CARE OF MY GIRLFRIEND-DAY BY DAY (HARU HARU)


Annyeong, cutie readers :)

Kali ini cutie Author mau ngeposting FFnya saranghae yeodongseng, Jimoon, partnya TAKE CARE OF MY GIRLFRIEND yang DAY BY DAY (HARU HARU). Ceritanya bagus banget *so sad*, sayang kan kalau cuma dibaca sendiri. Hehehe

Kata Jimoon, FF ini terinspirasi dari MVnya haru-haru by bigbang sendiri…
Suka sangat deh sama MVnya… buat nangis-nangis :’(
Si abang GD juga manis sangat dah di MV. Hahahaha… teutepp aja ya XD

Karena terinspirasi dari MVnya, sebaiknya cutie readers juga liat MVnya biar feelnya makin dapet tuh :)
Okeeee?

Penasaran ya?
Yaudah, gue berhenti bacot deh… *mulut diselotip*

Cekidot yo cutie readers :))
----------------------------------------------------------------


Title       : Day By Day
Genre    : Romance
Author   : Masih si jenius luar biasa, yaddkyen~! :)
Cast       : Bigbang’s member
-          Kwon Jiyong
-          Choi Seunghyun
-          Taeyang
-          Daesung
-          Seungri
 Fictional girl



 “Apa maksudnya Minyoung menyukai Seunghyun?” Jiyong berjalan sangat cepat dengan wajah merah menahan amarah.

“Tenang kawan… semuanya pasti ada alasannya…” Daesung berusaha meredahkan emosi Jiyong

“Daesung… mereka berdua sedang bertemu sekarang! Dan Seungri melihat mereka sedang bermesaraan!” protes Jiyong

“Mungkin saja Seungri salah paham…” lanjut Daesung.

“Bagaimana mungkin dia tidak bisa membedakan orang yang bermesaraan dengan tidak ada apa-apa?” tambah Jiyong.

“Sudahlah… tenang dulu. Kita lihat saja apa yang sebenarnya terjadi.” Taeyang berusaha menghentikan perdebatan di jalan itu.

Mereka bertigapun berjalan dalam kecemasannya masing-masing menuju café Bang, tempat Seungri menelpon dan mengatakan kalau dia melihat Minyoung, pacar Jiyong, sedang bermesraan dengan Seunghyun.

“Semuanya pasti akan baik-baik saja…” kata Seunghyun sambil membelai kepala Minyoung. Itulah hal yang pertama kali Jiyong, Daesung , dan Taeyang dapati ketika mereka sampai di TKP.

“Itukan, benar apa yang Seungri bilang!” emosi Jiyong sudah sampai di ubun-ubun.

“Sabar Jiyong! Tenanglah… kita tunggu dan lihat dulu…” Daesung dan Taeyang berusaha menahan Jiyong.

Minyoung melepaskan sebuah cincin dari jari manisnya dan menyerahkannya pada Seunghyun lalu berlalu pergi.

Jiyong tidak bisa berkata apa-apa melihat itu. Cincin itu… Cincin yang sama dengan yang ada di jari manis Jiyong. Mata Jiyong gelap. Dia segera berlari menghampiri Seunghyun.

“Ohh… jadi ini yang selama ini kamu lakukan di belakangku!” teriak Jiyong pada Seunghyun. Seunghyun hanya terus berjalan pergi. “Hey! Aku sedang bicara denganmu!”

Seunghyun berbalik menatap Jiyong. “Kalau iya, kenapa?” tanyanya.

“Kurang ajar!” karena tidak bisa menahan emosi yang meledak lagi, Jiyong memukul Seunghyun. “Pengkhianat! Kamu tahu Minyoung kekasihku!”

Seunghyun hanya tersenyum tipis kemudian balas memukul Jiyong. “Dia lebih memilihku! Bersamamu dia tidak bahagia!”

Jiyong memberontak, dia terus saja memukul Seunghyun.

“Sudah, hentikan!” Daesung dan Taeyang berusaha menarik Jiyong dan menghentikan perkelahian.

“SIALAN!” teriak Jiyong kemudian berlalu meninggalkan semuanya…
--


Jiyong menghempaskan tubuhnya di atas sofa apartemennya. Dia menyalakan TV berusaha membuat kebisingan agar tidak ada yang mendengarnya menangis. Layar TV menyala menampilkan gambar dirinya dan Minyoung. Itu adalah saat Jiyong memberikan cincin pada Minyoung diperayaan hubungan mereka yang ke-3.

“AKRGHHH~!” Jiyong membanting TV yang ada di hadapannya. “Minyoung-ah!” mata Jiyong terasa panas. Rasa sesak menguasainya. Jiyong berjalan ke kamar mandi, membasahi dirinya di bawah shower yang terus menjatuhkan air ke tubuhnya dan menyembunyikan air matanya. Jiyong menutup matanya, berusaha mencari ketenangan. Tapi yang muncul malah bayang-bayangnya dan Minyoung.

“SIAL!” teriaknya sambil menghantam cermin. “Jiyong bodoh! Kenapa kamu menangis?”
--


“Jiyong-ah… jangan mengurung diri terus… ya ampun, lihat betapa kurusnya dirimu? Ayo kita keluar makan!” desak Taeyang ketika mendapati Jiyong berbaring di atas sofa apartemennya.

“Hari ini Seungri mau mentraktir kita, loh…” kata Daesung ketika melihat Taeyang keluar bersama Jiyong.

“Wuah, betulkah?”

Seungri hanya mengangguk pelan.

“Kalau begitu ayo kita berangkat!” sorak Taeyang.

Seungri  menyalakan mesin mobil dan menancap gas. “Emh… kita parkir di mana ya?” gumamnya ketika sudah sampai di tujuan.

“Tunggu!” teriak Jiyong yang dari tadi hanya diam. “Berhenti sebentar…”

“Ada apa?” Seungri menurunkan kaca mobilnya. Begitupun Jiyong. Taeyang dan Daesung ikut melihat ke luar.

“Oh-oh…”

“Apa maksudnya ini?” Jiyong melihat Seunghyun sedang merangkul Minyoung. Emosi segera menguasainya. “Keterlaluan!” Jiyong segera berlari keluar dari mobil menuju mobil Seunghyun dan Minyoung.

“Apa-apan kalian! Hey kau, Seunghyun! Keluar kau!” teriak Jiyong. Sementara Seunghyun hanya tersenyum sambil mempererat rangkulannya di pundak Minyoung.

“YA! BANGSAT KAU SEUNGHYUN!” Jiyong sudah benar-benar lepas kendali. Hampir saja dia memecahkan kaca depan mobil Seunghyun, tapi beruntung Daesung, Taeyang, dan Seungri menahannya dan membawanya pergi.
--


“Tenanglah Jiyong… semuanya pasti akan baik-baik saja. Oke?” kata Daesung

“Life must go on, bro!” timpal Taeyang.

“Emh, iya…” Jiyong mengangguk pelan. “Aku turun di sini saja. Aku mau berjalan-jalan sebentar…”

“Yakin?” tanya Seungri

“Iya…”

“Hari-hati…” kata ketiganya ketika Jiyong keluar dari mobil.

“Iya. Terima kasih untuk semuanya..”

Jiyong pun berlalu. Rasa sesak itu kembali muncul, tapi dia tidak boleh bersedih di hadapan sahabat-sahabatnya itu. apalagi dia adalah seorang leader. Langkah Jiyong tiba-tiba terhenti.

“Minyoung-ah…” Jiyong ingin berjalan menghampiri Minyoung, tapi dia mengurungkan niat ketika melihat Seunghyun berlari ke arah Minyoung. “Sepertinya semuanya sudah betul-betul tidak ada harapan ya?” Jiyong melanjutkan langkahnya menuju rumah. “Selamat tinggal, Minyoung-ah…”
--


Jiyong tiba di rumah… tidak peduli seberapa keras dia mencoba melepaskan Minyoung dari pikrannya, Minyoung tetap kembali. Jiyong tidak pernah bisa menghapusnya. “Minyoung-ah…” air matanya kembali turun. “SIAL!” jeritnya sambil menghancurkan semua barang di sekitarnya. “KENAPA?!”

Setelah tidak ada lagi barang yang tersisa Jiyong menghempaskan dirinya ke lantai. “Berakhir…” Jiyong menutup matanya. “Ini kan yang kamu inginkan, Minyoung-ah? Bahagialah…”
--


“Kenapa tidak mengatakannya dari dulu…” tanya Daesung.

“Maaf…” Seunghyun berlutut

“Dan kamu juga Seungri, kenapa kamu ikut-ikutan?” timpal Taeyang.

“Aku yang memintanya membantuku, ini bukan salah Seungri…” Seunghyun segera membela Seungri.

“Maaf… aku juga yang menyetujui membantunya… aku juga memang bersalah…”

“Ini bukan salah kalian…” suara wanita itu membuat keempat pria berbalik.

“Minyoung-ah… kenapa kamu keluar?” Seunghyun segera menghampiri Minyoung.

“Aku yang memaksa Seunghyun melakukan ini… maaf…” Minyoung membungkuk.

“Minyoung-ah…” Seunghyun membangunkan Minyoung

“Ini semua kesalahanku… maaf membuat semuanya jadi berantakan. Maafkan aku…”

“Sudahlah Minyoung-ah…” kata Daesung sambil menepuk pundak Minyoung. “Aku mengerti maksudmu..”

“Kami tidak marah kok…” lanjut Taeyang.

“Ayo kita kembali ke kamarmu…” Daesung menuntun Minyoung, diikuti Seungri dan Seunghyun. Sementara Taeyang hanya berdiam diri di depan pintu mengamati cukup lama kemudian berlalu.
--


Drttt… Drttt…

Taeyang… Calling…

“Halo?”

“Jiyong-ah…”

“Ada apa Taeyang?”

“Minyoung…” Taeyang menjelaskan semua hal yang baru saja diketahuinya dari Seunghyun.

“Tidak mungkin… bohong!”

“Aku hanya memberitahukanmu. Sebentar lagi Minyoung akan melakukan operasi, dia pasti sangat ingin menemui…”

Handphone terlepas dari genggaman Jiyong, tapi dia tidak peduli. Dia segera berlari menuju tempat keempat member dan kekasihnya berada.

Begitu tiba di rumah sakit, Jiyong melihat Seunghyun yang menahan langkahnya. Seunghyun menarik tangan Jiyong dan menyerahkan sebuah benda bulat, cincin.

“Maaf… aku sudah berbohong. Minyoung… dia sangat mencintaimu…” Setelah mengatakan itu Seunghyun berlalu meninggalkan Jiyong.
--


*flashback*

“Aku mohon Seunghyun-ah…”

“Minyoung-ah…”

“Tolong aku…”

“Emh… baiklah…”
--


“Seungri-ah…”

“Kamu yakin?”

“Kanker Minyoung semakin parah… dan Minyoung tidak ingin Jiyong bersedih untuknya…”

“Tapi bagaimana kalau Jiyong membencimu. Kalau Minyoung, seperti katamu dia… tapi kamu? kamu tidak akan pergi ke mana-mana…”

“Aku tahu. Tapi setelah aku pikir ini juga demi kebaikan Jiyong. Jiyong adalah sahabatku sejak kecil, aku ingin melakukan sesuatu untuknya juga… kamu tahu, kan… Jiyong yang membuatku menjadi seperti sekarang, seorang TOP…”

“Kamu tidak akan menyesal?”

“Ya… aku akan melakukannya… tolong bantu aku…”

“Baiklah, aku akan mengaturnya. Besok kamu dan Minyoung bersiaplah di depan café Bang. Aku akan membawa Jiyong ke sana…”

“Terima kasih Seungri-ah…”

“Aku harap ini bukan kesalahan…”
--
“Kamu serius ingin melakukan ini?” Seungri menatap Seunghyun dengan raut wajah khawatir.

“Sudah berapa kali kamu menanyakan itu, Seungri? Aku yakin, Seungri…” Seunghyun menjawab mantap dengan seulas senyum.

“Semoga ini yang terbaik…” Seungri menghembuskan napas pelan.

“Ya… semoga ini benar…” timpal Seunghyun.

Drttt… Drttt…

Seunghyun menarik handphone dari sakunya.

Minyoung… Calling…

“Halo…” Seunghyun mengangkat telponnya. “Oh… Emh… Sekarang kamu di mana? Oh… Baiklah, aku ke sana…”

“Minyoung?”

“Iya. Sebaiknya kita berangkat sekarang saja, Seungri…”
--


“Tenang saja, Minyoung-ah… semuanya akan baik-baik saja. Aku dan Seungri sudah mengaturnya..”

“Terima kasih, Seunghyun…”

“Kalian berdua bersiaplah, mereka sedang berjalan kemari dan akan sampai sebentar lagi…” teriak Seungri dari dalam mobil.

“Pegang tanganku…” kata Seunghyun pada Minyoung. “Jangan tegang…”
--


“Seunghyun, aku sedang perjalanan ke sana..”

“Baiklah. Terima kasih Seungri.”

“Lakukan saja dengan baik..” Seungri kemudian memutuskan sambungan.
--


“Hari ini Seungri mau mentraktir kita, loh…”

“Wuah, betulkah? Kalau begitu ayo kita berangkat!”

Seunghyun mengamati sebuah mobil yang berputar-putar di depannya. “Itu mereka…”

“Mendekatlah kemari Seunghyun… rangkul aku…”

Seungri mengamati sekelilingnya “Emh… kita parkir di mana ya?”

“Tunggu! Berhenti sebentar…”

“Ada apa?”

“Oh-oh…”

“Apa maksudnya ini? Keterlaluan!”
--


“Apa maksud melakukan ini semua Seunghyun. Kamu tahukan Minyoung dan Jiyong punya hubungan?” tanya Taeyang
“Kita ini sahabat!” seru Daesung
“Maaf…”
“Kami tidak butuh kata maaf… jelaskan!”
“Aku…”

Drttt… drttt…

Minyoung calling

Seunghyun segera menjawab telponnya. “Halo? Iya? Apa? Di mana sekarang? Baiklah, tunggu aku…” Seunghyun segera berlari, tapi Taeyang menahannya.
“Mau ke mana kau? Urusan kita belum selesai…”
“Biarkan dia pergi..” Seungri angkat bicara. “Kita ikut bersamanya…”

“Heh? Rumah sakit?” tanya Taeyang ketika mobil mereka berhenti. Seunghyun tidak mengeluarkan sepatah katapun. Dia hanya segera berlari ke dalam.

“Kamar 126…” gumamnya.

Taeyang, Daesung, dan Seungri mengejar Seunghyun. “Siapa yang sakit?” tanya Daesung

“Kalian lihat saja nanti…” jawab Seungri.

Mereka pun berhenti di depan sebuah kamar tempat Seunghyun masuk. Perlahan mereka membuka pintu.

“Minyoung-ah…”

“Daseung… Taeyang… Seungri…”
--


“Minyoung mengidap kanker otak stadium akhir…” Seunghyun angkat bicara. “Harapan hidupnya sangat kecil. bahkan operasi nanti pun mungkin tidak akan menolongnya…”

“Jadi…”

“Minyoung tidak ingin Jiyong menangisinya. Dia ingin Jiyong punya hidup baru yang lebih baik, tidak membuang waktu bersamanya. Itulah kenapa aku…”

“Jadi selama ini kalian bersandiwara?”

“Seperti itulah…”

“Kenapa tidak mengatakannya dari dulu…”

“Maaf…”

“Dan kamu juga Seungri, kenapa kamu ikut-ikutan?”

“Aku yang memintanya membantuku, ini bukan salah Seungri…”

“Maaf… aku juga yang menyetujui membantunya… aku juga memang bersalah…”

“Ini bukan salah kalian…”

“Minyoung-ah… kenapa kamu keluar?”

“Aku yang memaksa Seunghyun melakukan ini… maaf…”

“Minyoung-ah…”

“Ini semua kesalahanku… maaf membuat semuanya jadi berantakan. Maafkan aku…”

“Sudahlah Minyoung-ah... Aku mengerti maksudmu..”

“Kami tidak marah kok…”

“Ayo kita kembali ke kamarmu…”


*end of flashback*
--


Jiyong masih membeku di tempatnya. “Minyoung-ah…” dia menggenggam erat cincin di tangannya. “Minyoung!” dia segera berlari menuju ruang operasi. “Minyoung!” jeritnya sambil mengetuk-ngetuk pintu ruang operasi.

“Jiyong-ah…” Taeyang berusaha menariknya dan menenangkannya.

Tidak lama pintu ruang operasi terbuka. Beberapa orang dengan seragam operasinya keluar mendorong sesosok wanita dengan mata terpejam.

“Minyoung-ah…” Jiyong berjalan mendekati wanita itu.

“Maaf… kami sudah berusaha yang terbaik…” kata salah seorang dari gerombolan orang yang mendorong Minyoung keluar kemudian kembali membawa Minyoung pergi.
----------------------------------------------------------------


Demikianlah epep part ini… semoga kalian menyukainya, ya walopun gue tau kalian pasti suka. Wuakakakakaka XD *digeplak batako*

Jangan lupa BCL ya! No silent reader! Okey?
*silent reader : ditabrak mobilnya Seungri
*Like doang / Comment doang : ditabok GD

*author: digebukin cutie readers. Wuahahahhaha… XD

See ya @ next story :)