Kamis, 03 Juni 2010

a Little Letter for my Robin

For Robin, my Black Robin…

Dulu, sebenarnya, aku tidak begitu tertarik padamu. Bahkan aku sempat saja tidak peduli akan kehadiranmu. Yang ku tahu hanya memberimu makan saja dan cukup minum. Dan tak pernah mengajakmu bermain, keluar dari rumahmu. Namun perlahan, aku mulai tertarik dengan gayamu yang lucu. Sungguh menggemaskan. Baru ku perhatikan bahwa kau begitu menarik. Dengan warnamu yang hitam dan matamu yang begitu hitam. Kemudian aku berpikir, betapa bodohnya aku ini yang baru menyadari keindahan yang kau miliki.
Aku, berusaha mengingatnya lagi. Sudah beberapa tahun yang lalu, aku memilikimu. Walaupun sebelumnya kau adalah hadiah untuk adikku dari Ayahanda. Tapi tetap aku yang memberimu nama itu… nama yang lucu, Black Robin. Meskipun om Iphe sering memanggilmu dengan sebutan Blacky yg menurutku, huft :p…
Kau, selalu saja bisa duduk tenang dimanapun. Aku ingat betul, kau tidak seantusias White. Selalu saja berdiam diri. Apalagi setelah White pergi terlebih dahulu, kau semakin sering menyendiri di pojok itu. Maaf yah kalau aku selalu jarang menemanimu saat itu.
Kita, mulai belajar bersama. Ketika aku membawa sayuran segar untukmu kau akan berlari menghampiri pintu rumahmu. Dengan gayamu yang khas. Lagi-lagi harus kusebut itu lucu… Terkadang aku merasa sedih bila terlambat memberimu makan. Karena kau akan terlihat berbeda menghampiri pintumu bila kubawakan makanan. Sungguh terlihat sangat kelaparan. Berlari lebih cepat dan antusias. Apakah itu karena kau merindukanku? Ataukah karena kau sangat menunggu sayuran segar yang ada ditanganku? Hiks, I’m sorry honey…
Sekarang, sudah tepat setahun kau pergi honey, 3 June 2009. Reminder dihpku mengingatkan aku hari ini, 3 June 2010. Aku sungguh merindukanmu. Aku sungguh ingin minta maaf yang sebesar-besarnya… maafkan aku yang tidak bersamamu saat itu. Saat kau terjepit di sana. Pasti sakit sekali. Maaf. Maaf Robin. Maaf. Maafkan aku yang hanya bisa menangis saja melihatmu keesokan harinya. Aku menangis seperti saat ini. Saat aku menulis surat untukmu ini. . . I’m sorry my dear…
Dulu, sekarang, dan kelak, aku akan selalu mendoakanmu. Rest in peace honey, I’ll always loving you…

Your Best Friend

NRA