Senin, 08 Oktober 2012

TAKE CARE OF MY GIRLFRIEND-DAY BY DAY (HARU HARU)


Annyeong, cutie readers :)

Kali ini cutie Author mau ngeposting FFnya saranghae yeodongseng, Jimoon, partnya TAKE CARE OF MY GIRLFRIEND yang DAY BY DAY (HARU HARU). Ceritanya bagus banget *so sad*, sayang kan kalau cuma dibaca sendiri. Hehehe

Kata Jimoon, FF ini terinspirasi dari MVnya haru-haru by bigbang sendiri…
Suka sangat deh sama MVnya… buat nangis-nangis :’(
Si abang GD juga manis sangat dah di MV. Hahahaha… teutepp aja ya XD

Karena terinspirasi dari MVnya, sebaiknya cutie readers juga liat MVnya biar feelnya makin dapet tuh :)
Okeeee?

Penasaran ya?
Yaudah, gue berhenti bacot deh… *mulut diselotip*

Cekidot yo cutie readers :))
----------------------------------------------------------------


Title       : Day By Day
Genre    : Romance
Author   : Masih si jenius luar biasa, yaddkyen~! :)
Cast       : Bigbang’s member
-          Kwon Jiyong
-          Choi Seunghyun
-          Taeyang
-          Daesung
-          Seungri
 Fictional girl



 “Apa maksudnya Minyoung menyukai Seunghyun?” Jiyong berjalan sangat cepat dengan wajah merah menahan amarah.

“Tenang kawan… semuanya pasti ada alasannya…” Daesung berusaha meredahkan emosi Jiyong

“Daesung… mereka berdua sedang bertemu sekarang! Dan Seungri melihat mereka sedang bermesaraan!” protes Jiyong

“Mungkin saja Seungri salah paham…” lanjut Daesung.

“Bagaimana mungkin dia tidak bisa membedakan orang yang bermesaraan dengan tidak ada apa-apa?” tambah Jiyong.

“Sudahlah… tenang dulu. Kita lihat saja apa yang sebenarnya terjadi.” Taeyang berusaha menghentikan perdebatan di jalan itu.

Mereka bertigapun berjalan dalam kecemasannya masing-masing menuju café Bang, tempat Seungri menelpon dan mengatakan kalau dia melihat Minyoung, pacar Jiyong, sedang bermesraan dengan Seunghyun.

“Semuanya pasti akan baik-baik saja…” kata Seunghyun sambil membelai kepala Minyoung. Itulah hal yang pertama kali Jiyong, Daesung , dan Taeyang dapati ketika mereka sampai di TKP.

“Itukan, benar apa yang Seungri bilang!” emosi Jiyong sudah sampai di ubun-ubun.

“Sabar Jiyong! Tenanglah… kita tunggu dan lihat dulu…” Daesung dan Taeyang berusaha menahan Jiyong.

Minyoung melepaskan sebuah cincin dari jari manisnya dan menyerahkannya pada Seunghyun lalu berlalu pergi.

Jiyong tidak bisa berkata apa-apa melihat itu. Cincin itu… Cincin yang sama dengan yang ada di jari manis Jiyong. Mata Jiyong gelap. Dia segera berlari menghampiri Seunghyun.

“Ohh… jadi ini yang selama ini kamu lakukan di belakangku!” teriak Jiyong pada Seunghyun. Seunghyun hanya terus berjalan pergi. “Hey! Aku sedang bicara denganmu!”

Seunghyun berbalik menatap Jiyong. “Kalau iya, kenapa?” tanyanya.

“Kurang ajar!” karena tidak bisa menahan emosi yang meledak lagi, Jiyong memukul Seunghyun. “Pengkhianat! Kamu tahu Minyoung kekasihku!”

Seunghyun hanya tersenyum tipis kemudian balas memukul Jiyong. “Dia lebih memilihku! Bersamamu dia tidak bahagia!”

Jiyong memberontak, dia terus saja memukul Seunghyun.

“Sudah, hentikan!” Daesung dan Taeyang berusaha menarik Jiyong dan menghentikan perkelahian.

“SIALAN!” teriak Jiyong kemudian berlalu meninggalkan semuanya…
--


Jiyong menghempaskan tubuhnya di atas sofa apartemennya. Dia menyalakan TV berusaha membuat kebisingan agar tidak ada yang mendengarnya menangis. Layar TV menyala menampilkan gambar dirinya dan Minyoung. Itu adalah saat Jiyong memberikan cincin pada Minyoung diperayaan hubungan mereka yang ke-3.

“AKRGHHH~!” Jiyong membanting TV yang ada di hadapannya. “Minyoung-ah!” mata Jiyong terasa panas. Rasa sesak menguasainya. Jiyong berjalan ke kamar mandi, membasahi dirinya di bawah shower yang terus menjatuhkan air ke tubuhnya dan menyembunyikan air matanya. Jiyong menutup matanya, berusaha mencari ketenangan. Tapi yang muncul malah bayang-bayangnya dan Minyoung.

“SIAL!” teriaknya sambil menghantam cermin. “Jiyong bodoh! Kenapa kamu menangis?”
--


“Jiyong-ah… jangan mengurung diri terus… ya ampun, lihat betapa kurusnya dirimu? Ayo kita keluar makan!” desak Taeyang ketika mendapati Jiyong berbaring di atas sofa apartemennya.

“Hari ini Seungri mau mentraktir kita, loh…” kata Daesung ketika melihat Taeyang keluar bersama Jiyong.

“Wuah, betulkah?”

Seungri hanya mengangguk pelan.

“Kalau begitu ayo kita berangkat!” sorak Taeyang.

Seungri  menyalakan mesin mobil dan menancap gas. “Emh… kita parkir di mana ya?” gumamnya ketika sudah sampai di tujuan.

“Tunggu!” teriak Jiyong yang dari tadi hanya diam. “Berhenti sebentar…”

“Ada apa?” Seungri menurunkan kaca mobilnya. Begitupun Jiyong. Taeyang dan Daesung ikut melihat ke luar.

“Oh-oh…”

“Apa maksudnya ini?” Jiyong melihat Seunghyun sedang merangkul Minyoung. Emosi segera menguasainya. “Keterlaluan!” Jiyong segera berlari keluar dari mobil menuju mobil Seunghyun dan Minyoung.

“Apa-apan kalian! Hey kau, Seunghyun! Keluar kau!” teriak Jiyong. Sementara Seunghyun hanya tersenyum sambil mempererat rangkulannya di pundak Minyoung.

“YA! BANGSAT KAU SEUNGHYUN!” Jiyong sudah benar-benar lepas kendali. Hampir saja dia memecahkan kaca depan mobil Seunghyun, tapi beruntung Daesung, Taeyang, dan Seungri menahannya dan membawanya pergi.
--


“Tenanglah Jiyong… semuanya pasti akan baik-baik saja. Oke?” kata Daesung

“Life must go on, bro!” timpal Taeyang.

“Emh, iya…” Jiyong mengangguk pelan. “Aku turun di sini saja. Aku mau berjalan-jalan sebentar…”

“Yakin?” tanya Seungri

“Iya…”

“Hari-hati…” kata ketiganya ketika Jiyong keluar dari mobil.

“Iya. Terima kasih untuk semuanya..”

Jiyong pun berlalu. Rasa sesak itu kembali muncul, tapi dia tidak boleh bersedih di hadapan sahabat-sahabatnya itu. apalagi dia adalah seorang leader. Langkah Jiyong tiba-tiba terhenti.

“Minyoung-ah…” Jiyong ingin berjalan menghampiri Minyoung, tapi dia mengurungkan niat ketika melihat Seunghyun berlari ke arah Minyoung. “Sepertinya semuanya sudah betul-betul tidak ada harapan ya?” Jiyong melanjutkan langkahnya menuju rumah. “Selamat tinggal, Minyoung-ah…”
--


Jiyong tiba di rumah… tidak peduli seberapa keras dia mencoba melepaskan Minyoung dari pikrannya, Minyoung tetap kembali. Jiyong tidak pernah bisa menghapusnya. “Minyoung-ah…” air matanya kembali turun. “SIAL!” jeritnya sambil menghancurkan semua barang di sekitarnya. “KENAPA?!”

Setelah tidak ada lagi barang yang tersisa Jiyong menghempaskan dirinya ke lantai. “Berakhir…” Jiyong menutup matanya. “Ini kan yang kamu inginkan, Minyoung-ah? Bahagialah…”
--


“Kenapa tidak mengatakannya dari dulu…” tanya Daesung.

“Maaf…” Seunghyun berlutut

“Dan kamu juga Seungri, kenapa kamu ikut-ikutan?” timpal Taeyang.

“Aku yang memintanya membantuku, ini bukan salah Seungri…” Seunghyun segera membela Seungri.

“Maaf… aku juga yang menyetujui membantunya… aku juga memang bersalah…”

“Ini bukan salah kalian…” suara wanita itu membuat keempat pria berbalik.

“Minyoung-ah… kenapa kamu keluar?” Seunghyun segera menghampiri Minyoung.

“Aku yang memaksa Seunghyun melakukan ini… maaf…” Minyoung membungkuk.

“Minyoung-ah…” Seunghyun membangunkan Minyoung

“Ini semua kesalahanku… maaf membuat semuanya jadi berantakan. Maafkan aku…”

“Sudahlah Minyoung-ah…” kata Daesung sambil menepuk pundak Minyoung. “Aku mengerti maksudmu..”

“Kami tidak marah kok…” lanjut Taeyang.

“Ayo kita kembali ke kamarmu…” Daesung menuntun Minyoung, diikuti Seungri dan Seunghyun. Sementara Taeyang hanya berdiam diri di depan pintu mengamati cukup lama kemudian berlalu.
--


Drttt… Drttt…

Taeyang… Calling…

“Halo?”

“Jiyong-ah…”

“Ada apa Taeyang?”

“Minyoung…” Taeyang menjelaskan semua hal yang baru saja diketahuinya dari Seunghyun.

“Tidak mungkin… bohong!”

“Aku hanya memberitahukanmu. Sebentar lagi Minyoung akan melakukan operasi, dia pasti sangat ingin menemui…”

Handphone terlepas dari genggaman Jiyong, tapi dia tidak peduli. Dia segera berlari menuju tempat keempat member dan kekasihnya berada.

Begitu tiba di rumah sakit, Jiyong melihat Seunghyun yang menahan langkahnya. Seunghyun menarik tangan Jiyong dan menyerahkan sebuah benda bulat, cincin.

“Maaf… aku sudah berbohong. Minyoung… dia sangat mencintaimu…” Setelah mengatakan itu Seunghyun berlalu meninggalkan Jiyong.
--


*flashback*

“Aku mohon Seunghyun-ah…”

“Minyoung-ah…”

“Tolong aku…”

“Emh… baiklah…”
--


“Seungri-ah…”

“Kamu yakin?”

“Kanker Minyoung semakin parah… dan Minyoung tidak ingin Jiyong bersedih untuknya…”

“Tapi bagaimana kalau Jiyong membencimu. Kalau Minyoung, seperti katamu dia… tapi kamu? kamu tidak akan pergi ke mana-mana…”

“Aku tahu. Tapi setelah aku pikir ini juga demi kebaikan Jiyong. Jiyong adalah sahabatku sejak kecil, aku ingin melakukan sesuatu untuknya juga… kamu tahu, kan… Jiyong yang membuatku menjadi seperti sekarang, seorang TOP…”

“Kamu tidak akan menyesal?”

“Ya… aku akan melakukannya… tolong bantu aku…”

“Baiklah, aku akan mengaturnya. Besok kamu dan Minyoung bersiaplah di depan cafĂ© Bang. Aku akan membawa Jiyong ke sana…”

“Terima kasih Seungri-ah…”

“Aku harap ini bukan kesalahan…”
--
“Kamu serius ingin melakukan ini?” Seungri menatap Seunghyun dengan raut wajah khawatir.

“Sudah berapa kali kamu menanyakan itu, Seungri? Aku yakin, Seungri…” Seunghyun menjawab mantap dengan seulas senyum.

“Semoga ini yang terbaik…” Seungri menghembuskan napas pelan.

“Ya… semoga ini benar…” timpal Seunghyun.

Drttt… Drttt…

Seunghyun menarik handphone dari sakunya.

Minyoung… Calling…

“Halo…” Seunghyun mengangkat telponnya. “Oh… Emh… Sekarang kamu di mana? Oh… Baiklah, aku ke sana…”

“Minyoung?”

“Iya. Sebaiknya kita berangkat sekarang saja, Seungri…”
--


“Tenang saja, Minyoung-ah… semuanya akan baik-baik saja. Aku dan Seungri sudah mengaturnya..”

“Terima kasih, Seunghyun…”

“Kalian berdua bersiaplah, mereka sedang berjalan kemari dan akan sampai sebentar lagi…” teriak Seungri dari dalam mobil.

“Pegang tanganku…” kata Seunghyun pada Minyoung. “Jangan tegang…”
--


“Seunghyun, aku sedang perjalanan ke sana..”

“Baiklah. Terima kasih Seungri.”

“Lakukan saja dengan baik..” Seungri kemudian memutuskan sambungan.
--


“Hari ini Seungri mau mentraktir kita, loh…”

“Wuah, betulkah? Kalau begitu ayo kita berangkat!”

Seunghyun mengamati sebuah mobil yang berputar-putar di depannya. “Itu mereka…”

“Mendekatlah kemari Seunghyun… rangkul aku…”

Seungri mengamati sekelilingnya “Emh… kita parkir di mana ya?”

“Tunggu! Berhenti sebentar…”

“Ada apa?”

“Oh-oh…”

“Apa maksudnya ini? Keterlaluan!”
--


“Apa maksud melakukan ini semua Seunghyun. Kamu tahukan Minyoung dan Jiyong punya hubungan?” tanya Taeyang
“Kita ini sahabat!” seru Daesung
“Maaf…”
“Kami tidak butuh kata maaf… jelaskan!”
“Aku…”

Drttt… drttt…

Minyoung calling

Seunghyun segera menjawab telponnya. “Halo? Iya? Apa? Di mana sekarang? Baiklah, tunggu aku…” Seunghyun segera berlari, tapi Taeyang menahannya.
“Mau ke mana kau? Urusan kita belum selesai…”
“Biarkan dia pergi..” Seungri angkat bicara. “Kita ikut bersamanya…”

“Heh? Rumah sakit?” tanya Taeyang ketika mobil mereka berhenti. Seunghyun tidak mengeluarkan sepatah katapun. Dia hanya segera berlari ke dalam.

“Kamar 126…” gumamnya.

Taeyang, Daesung, dan Seungri mengejar Seunghyun. “Siapa yang sakit?” tanya Daesung

“Kalian lihat saja nanti…” jawab Seungri.

Mereka pun berhenti di depan sebuah kamar tempat Seunghyun masuk. Perlahan mereka membuka pintu.

“Minyoung-ah…”

“Daseung… Taeyang… Seungri…”
--


“Minyoung mengidap kanker otak stadium akhir…” Seunghyun angkat bicara. “Harapan hidupnya sangat kecil. bahkan operasi nanti pun mungkin tidak akan menolongnya…”

“Jadi…”

“Minyoung tidak ingin Jiyong menangisinya. Dia ingin Jiyong punya hidup baru yang lebih baik, tidak membuang waktu bersamanya. Itulah kenapa aku…”

“Jadi selama ini kalian bersandiwara?”

“Seperti itulah…”

“Kenapa tidak mengatakannya dari dulu…”

“Maaf…”

“Dan kamu juga Seungri, kenapa kamu ikut-ikutan?”

“Aku yang memintanya membantuku, ini bukan salah Seungri…”

“Maaf… aku juga yang menyetujui membantunya… aku juga memang bersalah…”

“Ini bukan salah kalian…”

“Minyoung-ah… kenapa kamu keluar?”

“Aku yang memaksa Seunghyun melakukan ini… maaf…”

“Minyoung-ah…”

“Ini semua kesalahanku… maaf membuat semuanya jadi berantakan. Maafkan aku…”

“Sudahlah Minyoung-ah... Aku mengerti maksudmu..”

“Kami tidak marah kok…”

“Ayo kita kembali ke kamarmu…”


*end of flashback*
--


Jiyong masih membeku di tempatnya. “Minyoung-ah…” dia menggenggam erat cincin di tangannya. “Minyoung!” dia segera berlari menuju ruang operasi. “Minyoung!” jeritnya sambil mengetuk-ngetuk pintu ruang operasi.

“Jiyong-ah…” Taeyang berusaha menariknya dan menenangkannya.

Tidak lama pintu ruang operasi terbuka. Beberapa orang dengan seragam operasinya keluar mendorong sesosok wanita dengan mata terpejam.

“Minyoung-ah…” Jiyong berjalan mendekati wanita itu.

“Maaf… kami sudah berusaha yang terbaik…” kata salah seorang dari gerombolan orang yang mendorong Minyoung keluar kemudian kembali membawa Minyoung pergi.
----------------------------------------------------------------


Demikianlah epep part ini… semoga kalian menyukainya, ya walopun gue tau kalian pasti suka. Wuakakakakaka XD *digeplak batako*

Jangan lupa BCL ya! No silent reader! Okey?
*silent reader : ditabrak mobilnya Seungri
*Like doang / Comment doang : ditabok GD

*author: digebukin cutie readers. Wuahahahhaha… XD

See ya @ next story :)





Minggu, 23 September 2012

Well Done, SM Town Concert in Jakarta


Guys, seperti yang kita ketahui SM Town Live World Tour III in Jakarta sudah digelar kemarin. Acaranya amat sangat heboh dan meriah *iyya lah, secara SME yang punya acara*. Gelora Bung Karno dibanjiri fans-fans K-Pop (Korean Pop), Sabtu (22/9/2012) yang dimulai sekitar pukul 18.30 malam. Tujuannya tak lain dan tak salah lagi menyaksikan aksi sang idola yang bernaung di bawah salah satu payung agensi terbesar Korea, SM Entertainment.

Ada kolaborasi Kang Ta, BoA, TVXQ, Super Junior, SNSD, SHINee, f(x), dan EXO yang sangat memeriahkan panggung megah dalam stadion semalam. Luar biasa antusiasnya penonton yang hadir malam itu. Teriakan histeris remaja putri membahana saat f(x) mulai beraksi di panggung. Lagu Hot Summer yang jadi pembuka konsernya guys.


nih dia, photo-photonya yang lain guys... cekidoot








Berikutnya giliran Kang Ta berdiri di panggung. Setelah selesai melantunkan Remember, dia menyapa seluruh audiens. "Halo, saya Kang Ta," katanya yang tampil begitu energik di atas panggung bareng dancer-nya.
Bukan cuma Kang Ta yang menyapa dalam bahasa Indonesia. Hampir semuanya juga mengenalkan diri dengan bahasa yang dimengerti penonton Indonesia. Nah, usaha mereka yang membangun komunikasi seperti itulah yang membuat suasana menjadi hangat.
     Di penghujung acara, seluruh SM Family keroyokan mendendangkan lagu Hope. Di saat bersamaan, hujan balon pink dan kembang api menjadi penutup konser SM Town di Jakarta. Kabarnya sih selesai konser dari Jakarta, mereka akan terbang ke Singapura dan Thailand sebagai negara berikutnya dalam rangkaian SM Town World Tour III.
     Banyak sekali K-Pop dadakan semalam yang bilang kalau wajah artis-artisnya pada mirip semua. Hahaha... Emang iyya sih, sekilas wajah-wajah artis-artis Korea itu mirip-mirip. Yang cewek kulitnya putih-putih bersih, bibir merah, rambut hitam terurai dan mata rada sipit, dan tentu saja cantik khas negeri ginseng! Yang cowok rata-rata jangkung-jangkung, putih atletis dan sixpack. Dan tentu saja, guanteng!!!
Nah, ada catatan nih buat penyelenggara acara dan penonton yang hadir. Biar kita gak malu sama abang-abang dan mba'-mba' yang cakep-cakep itu, sebaiknya kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan tidak dilakukan. Hal-hal seperti ini yang selalu dinggap kecil oleh masyarakat kita bisa mencoreng dan menjatuhkan negara kita dimata International. Jadi, tolong yah guys... Jangan melakukan hal memalukan seperti ini. Orang pintar kan buang sampah pada tempatnya *pinjam slogannya tolak angin*. Gak susah kan guys;)

Take Care of My Girlfriend-Love Sick


hullaaaaaaaa~...

Well, kali ini akan meluncurkan FF part 1 of 'Take Care of My Girlfriend' ---> Love sick which was created by ne yeodongseng. Terharu banget dulu waktu pertama kali baca ceritanya. Naaaahhhh.... kalian pasti penasaran, kan? cekidot aja yeeee

===================

Title        : Take Care of My Girlfriend - Love Sick
Author    : Si Jenius Luarbiasa, yaddkyen~! ;)
Genre     : angst
Cast       : Lee Hongki (FT Island) x Han Yuri (author's old sister)
add cast : Shin Eunhwa

*Lee Hongki POV*

“Hongki-ah!” seru seorang gadis sambil melambai ke arahku. “Maaf aku telat. Tadi aku ketinggalan bus, jadi harus menunggu… maaf ya…”
“Tidak apa kok Yuri-ah. Ayo, duduk dulu. Kamu pasti lelah sudah lari-lari…”
“Wuah…Hongki -ku baik sekali… hehehehehe…”
“Hehehehehehe…”
“Oia, ini!” Yuri menyodorkan sebuah bungkusan padaku. “Selamat 3 tahun!” lanjutnya.
Hari ini tanggal 3 Juli 2009. Ya… sudah 3 tahun…



~flashback

Gawat! Sekarang aku ada praktikum! Aku berjalan melintasi koridor demi koridor, ruangan demi ruangan… kenapa sih jarak lab itu sangat jauh dari kelasku.
Eh, tunggu dulu. Kakiku terhenti di depan ruang musik. Aku bisa mendengar suara yang sangat merdu dari dalam ruangan itu. karena penasaran, aku memasuki ruangan itu. di sana aku melihat seorang gadis sedang asyik bermain dengan biolanya. Matanya terpejam, sepertinya sedang menghayati lagu yang dimainkannya. Dan melihat sosok itu mampu membuatku terpaku.
“….” Tiba-tiba suara biola itu tehenti. Si gadis membuka matanya. Dia mundur beberpa langkah sepertinya aga kaget melihatku menatapnya.
“Kamu…” katanya sambil menatapku.
“Ah… maafkan aku…” aku menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. “Permainanmu tadi bagus.”
“Benarkah?”
“Tentu saja.”
“Terima kasih… emh… siapa namamu?”
“Lee Hongki…”
“Aku Han Yuri.”
---
“Permainanmu makin bagus!”
“Kamu terlalu memuji Hongki-ah…”
“Aku serius! Seserius aku menyukaimu!”
“Eh?”
“Yuri-ah… Saranghae…”

~end of flashback



“Hari ini betul-betul menyenangkan!” seru Yuri sambil tersenyum. “Kapan-kapan kita jalan seharian lagi ya!”
“Itu… Yuri-ah, aku tidak bisa…”
“Kenapa?”
“Aku tidak akan bisa jalan denganmu lagi…”
“Karena takut aku telat? Aku janji lain kali tidak akan telat…”
“Bukan itu maksudku… aku…”
“Ada apa sih Hongki-ah?”
“Aku mau kita putus saja…”
“APA?!”
“…….”
“Kamu pasti bercandakan, Hongki?”
“Maafkan aku Yuri-ah…”
“BOHONG!!”
“Terima kasih buat semua kebaikanmu padaku selama ini.”
“Kenapa kamu seperti ini? kenapa mau berpisah?”
“Aku hanya merasa lelah denganmu… rasanya sudah tidak seperti dulu. Emh… aku sedikit bosan.”
“3 tahun itu terlalu lama ya buatmu bersamaku?”
“Yuri-ah…”
“Apa aku ini memang bukan gadis yang baik ya?”
“Yu…”
“Apa aku… seburuk itu ya…?”
“Aku tidak…”
“Bersamaku berat, ya? Sepertinya yang asyik sendiri Cuma aku…”
“…….”
“Maaf ya, aku tidak menyadari perasaanmu…”
“Yuri-ah…”
“Pasti sudah ada gadis yang lebih menyenangkan untukmu, kan?”
“…….”
“Baik. Pergilah… aku tidak ingin membuatmu menderita lagi.” Yuri kemudian segera berlari memasuki rumahnya. Aku bisa melihat air matanya saat dia berlari tadi.
Yuri-ah… maafkan aku… aku membuatmu menangis lagi. Maafkan aku… sudah menyakitimu… tapi Yuri-ah, percayalah padaku, ini adalah yang terbaik buatmu…
*end of Lee Hongki POV*


*Han Yuri POV*
Sudah seminggu berlalu sejak Hongki meninggalkanku. Rasanya hidupku berputar 180 derajat, seperti di neraka!
“Pergilah…” kenapa aku bisa mengatakan hal bodoh seperti itu? bagaimana bisa aku mengatakan itu sementara hatiku terus berteriak “Jangan tinggalkan aku!”
Ahh… air mataku mengalir lagi.
“Dasar cengeng…” tiba-tiba aku bisa mendengar suaranya, aku bisa merasakan belaiannya di atas kepalaku, aku bisa merasakan pelukannya… hal yang biasa dia lakukan ketika aku menangis.
Hongki-ah… bagaimana ini? aku benar-benar merindukanmu… rasanya sangat sesak. Aku tidak tahan lagi… aku membutuhkanmu… jangan pergi… aku mohon…
--
“Yuri!” seru Shinhye sambil menepuk pundakku. “Melamun aja bu!”
“Heh? Tidak kok…”
“Oia, Yuri-ah… kita mau ke karaoke. Mau ikut tidak?” lanjut Shinhye.
“Iya, ikut yuk!” ajak Minyu juga. “Sebenarnya ini Shinhye yang teraktir. Biasa ulang tahun…”
Aku diam sesaat. Sebenarnya aku tidak begitu suka keluar sekarang, perasaanku masih kacau. Tapi mengingat ini ulang tahun Shinhye dan persahabatan kami sejak kecil, aku jadi tidak enak. “Emh… baiklah. Aku ikut…”
Kami bertiga pun berjalan menuju rumah bernyanyi yang letaknya tidak jauh dari kampus.
“Aku ke toilet dulu ya…” pamitku. Rasanya kepalaku agak pusing mendengar suara dari soundsystem yang sangat keras itu.
“Terima kasih Eunhwa-ah….” Langkahku terhenti. Aku mengenal suara ini. sangat amat mengenalnya. Suara yang 3 tahun ini mengisi hidupku. Suara yang sangat aku sukai…
Aku berbalik untuk melihat si pemilik suara… “Hongki-ah…”
“Yuri…”
Aku melihatnya berdiri bersama seorang gadis. Gadis itu tersenyum ke arahku, manis sekali. Aku juga ingin membalas senyumnya, tapi dadaku terlalu sakit untuk tersenyum.
“Emh, aku pulang duluan ya Hongki. Sampai ketemu lagi. dah…” pamit gadis itu, sepertinya dia bisa membaca pikiranku.
“Hati-hati…”
“Iya..” gadis itupun melangkah pergi meninggalkan aku dan Hongki. Tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut kami. Hanya ada kebekuan.
“Gadis itu ya…” kataku memecahkan kebekuan kami. Aku tidak tahu kenapa aku mengatakan itu. itu sama saja aku menggali kuburan untukku.
“Iya…” jawab Hongki datar, sekarang dia bahkan tidak mau memandangku lagi.
“Begitu ya…” sekarang aku sudah tahu kenyataannya. aku pikir, asal aku tahu kenyataannya maka aku akan bisa menerimanya. Tapi sekarang malah terasa jauh lebih sakit. Lubang di hatiku terasa makin besar saja. “Dia gadis yang manis, ya…”
“Begitulah…”
“Kamu pasti bahagia...”
“Tentu saja.”
“Dia betul-betul berbeda denganku, ya…”
“Kalian memang bukan orang yang sama…”
“Kamu beruntung, Hongki-ah…” mataku mulai terasa panas. “Seleramu makin bagus saja…”
“Belajar dari pengalaman…”
“Kalau begitu kamu ini sangat pintar, ya?”
“Seperti itu mungkin.”
“Selamat… selamat untukmu..” aku tidak tahan lagi. suaraku mulai bergetar.
“Terima kasih. Masih ada lagi yang mau dibicarakan?”
“……”
“Kalau sudah tidak ada, aku pergi. Selamat tinggal…”
Tanpa menunggu jawaban apa-apa dariku lagi, Hongki berlalu pergi bersamaan dengan jatuhnya butiran air hangat dari mataku.
--
Drrttt… drrttt…

Aku menatap layar handphoneku.

Calling… Park Shinhye…



“Halo…”
“Yuri-ah!”
“Ada apa Shinhye…?”
“ Hari ini aku melihat Hongki, dia…”
“Sedang bersama seorang gadis, kan?”
“Kamu tahu keadaannya? Kalau sebentar lagi…”
“Tentu saja!” gerutuku. “Maaf Shinhye, aku harus pergi, ada kerjaan. Bye…”
Tentu saja aku tahu keadaannya! Dia sekarang pasti sedang bersenang-senang dengan gadis itu! terserah dialah! Bukan urusanku lagi! dia sudah punya wanita lain di sampingnya!
--
“Ibu, aku pergi ya!” seruku sambil berjalan menuju taksi.
“Yuri…” panggil sebuah suara. Aku berbalik mencarinya.
“Kamu…”
“Shin Eunhwa…” kata sumber suara, gadis manis yang bersama Hongki.
“Ada apa?”
“Boleh kita bicara?”
“Aku buru-buru…”
“Kita bicara di taksi saja.” Lanjutnya sambil memasuki taksi yang akan ku tumpangi ke bandara. “Apa yang mau dibicarakan?” tanyaku dingin. Gadis ini sudah merebut kekasihku sekarang memaksaku untuk bicara! Aku benci dia!
“Aku…”
“Kekasih Hongki, kan?” tanyaku masih dingin.
“HAH?!” mata gadis itu terbelalak, kaget. Membuatku jadi kebingungan. “Aku bukan kekasih Hongki…”
Heh? Bagaimana mungkin… “Tapi Hongki bilang…”
“Oh, jadi itu yang Hongki katakan ya? Anak itu…”
“Maksudmu?”
“Aku sepupu Hongki..”
“HEH?!” apa maksudnya ini? aku betul-betul bingung.
“Yuri-ah… aku datang ke sini untuk memberikan sesuatu, rahasia Hongki.” Katanya sambil menyodorkan sebuah surat padaku.
“surat itu adalah surat yang ditulis Hongki untukku. Tapi aku rasa kamu sebaiknya membacanya..”
Dengan perasaan bingung dan penasaran aku mulai membuka surat itu dan membacanya dengan seksama.
“Tidak mungkin…” mataku terasa panas membaca surat itu. “Bohong. Ini semua tidak mungkin!”
“Maaf Yuri. Itu kenyataannya…” Eunhwa mengusap pundakku. Tiba-tiba aku teringat telpon dari Shinye. Jangan-jangan maksudnya…
“Dia…”
“Iya…”
*end of Han Yuri POV*


*Lee Hongki POV*
“Terima kasih Eunhwa-ah….”
“Hongki-ah…” aku mendengar suara yang memanggilku dari belakang.
“Yuri…”
Aku melihat Yuri sedang berdiri menatapku. Pandangan kami bertemu.
“Emh, aku pulang duluan ya Hongki. Sampai ketemu lagi. dah…” pamit Eunhwa, sepertinya dia sengaja memberikan aku dan Yuri kesempatan.
“Hati-hati…” balasku.
“Iya..” Eunhwa pun berlalu. Aku dan Yuri hanya saling bertatapan dalam waktu yang lama.
“Gadis itu ya…” kata Yuri memecahkan keheningan kami
“Iya…”jawabku sambil mengalihkan pandangan, aku takut dia mendapati kebohongan di mataku.
“Begitu ya…” suaranya terdengar lemah. “Dia gadis yang manis, ya…” lanjutnya.
“Begitulah…” kataku.
“Kamu pasti bahagia...”
“Tentu saja.” Hahahaha… sekarang aku sudah jadi pembohong yang hebat ya!
“Dia betul-betul berbeda denganku, ya…”
“Kalian memang bukan orang yang sama…” ya, kalian bukan orang yang sama. tidak akan ada orang yang sepertimu lagi buatku, Yuri-ah.
“Kamu beruntung, Hongki-ah… Seleramu makin bagus saja…”
“Belajar dari pengalaman…” aku mohon jangan bicara lagi Yuri-ah
“Kalau begitu kamu ini sangat pintar, ya?”
“Seperti itu mungkin.” Ya, aku begitu pintar untuk berbohong dan menyakitimu. Maafkan aku…
“Selamat… selamat untukmu..” suaranya bergetar. Sepertinya tangisnya akan pecah.
“Terima kasih. Masih ada lagi yang mau dibicarakan?” aku tidak bisa berdiam diri lebih lama lagi.
“……”
“Kalau sudah tidak ada, aku pergi. Selamat tinggal…” aku melangkah pergi. Maafkan aku, Yuri. Aku tidak mau menyakitimu lagi dengan semua kata-kata bohongku ini. sudah cukup kamu terluka karenaku. Maaf…
*end of Lee Hongki POV*


*Shin Eunhwa POV*
“Keadaan Hongki makin memburuk, dia harus rawat inap mulai sekarang…” kata Dokter padaku. Dengan langkah gontai aku berjalan keluar.
“Hongki-ah…” aku terkaget mendapati Hongki berdiri di depan pintu. “Kamu… mendengar semunya?”
“aku tidak apa-apa kok…” dia tersenyum. “Aku harus rawat inap, ya? Mulai kapan?”
“Hari ini…”
“Oh, begitu ya?” dia mengangguk. “Aku setuju.” Kemudian dia tersenyum.
--
Aku melihat Hongki tertidur. Dia terlihat sangat damai, padahal dia harus menanggung banyak penderitaan di usianya yang masih sangat muda.
Lee Hongki adalah sepupuku yang sejak kecil tumbuh bersamaku. Diusianya yang ke-7, dia harus kehilangan orangtuanya dan hidup bersama keluargaku. Dia anak yang penurut dan manis. Di usianya yang ke-9, dia harus menanggung penderitaan yang jauh lebih berat lagi.

~flashback:
“Wuah, bunganya tumbuh!” seru Hongki sambil meraih pot yang ada di pinggir jendela.
“Indah!” bunganya betul-betul indah. “Ayah dan ibu harus melihatnya! tunggu ya!”
Aku berlari mencari ayah dan ibu, melintasi koridor demi koridor. “Ah, itu mereka!” ayah dan ibu sedang berbicara dengan dokter…

 “Apa tidak ada jalan agar Hongki bisa sembuh?”
“Tentu saja kami tidak akan menyerah untuk menyelamatkan Hongki. Tapi, bahkan dengan kemajuan teknologi sekarang ini… masih sulit. Tapi meskipun pengobatan tidak begitu efektif, kalau Hongki memperhatikan makanan dan terus check up, dia…”
“Bisa memperpanjang umurnya? Berapa lama dia bisa bertahan?”
“Ayah!”
“Ibu, kita harus tahu…”
“Tanpa donor hati… Hongki mungkin tidak bisa bertahan lebih dari 22 tahun…”

Tidak mungkin… Hongki… aku ingin segera berlari menemui Hongki… tapi begitu aku berbalik, aku melihat dia berdiri di dekatku.
“Hongki-ah…”
“Begitu ya…” aku melihatnya tersenyum, tapi matanya berkaca-kaca.
“Itu tidak benar… Hongki pasti sembuh!” seruku sambil memeluknya.
“Terima kasih, Eunhwa-ah…”

~end of flashback

Itulah penderitaan terbesar yang harus dihadapi Hongki. Limit waktu… dan penderitaannya tidak hanya sampai di situ. Gara-gara jin penyakit itu… Hongki juga harus kehilangan cintanya…
Tanpa kuasa, air mata bergulir turun membasahi pipiku. Kenapa Tuhan begini kejam terhadapnya… kenapa mengambil banyak hal dari Hongki…

“Eunhwa-ah…”
“Hongki-ah… kenapa begini…?” aku tidak tahan lagi. “Kenapa kamu tidak mengatakan keadaanmu padanya saja? Setidaknya kamu bisa berbahagia… kenapa? Ini tidak adil untukmu!”
“Dan jika aku bersamanya hingga akhir hayatku, ini tidak akan adil untuknya…” dia tersenyum lembut.
“Maksudmu?”
“Eunhwa-ah… kalau aku pergi seperti ini, dia akan membenciku dan bisa melupakanku kemudian berbahagia dengan orang lain. Tapi… jika dia menemaniku sampai akhir, aku takut dia tidak akan bisa melupakanku, dia akan terus membayangkan aku yang kesakitan,  dan terus menangisiku. Mungkin kedengaran sangat ge-er. Tapi aku hanya ingin dia tersenyum.. aku juga akan tersenyum asalkan dia tersenyum.. bahagia untuk bahagianya…”
“Hongki-ah…”
“Sudahlah Eunhwa-ah…” dia membelai lembut kepalaku.
“Maafkan aku. Akan lebih baik jika aku yang berada di posisimu, tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa. Maaf, aku tidak bisa menolongmu… padahal dulu aku bilang akan menggantikan orang tuaku melindungimu makanya membawamu ke kota… maaf…”
“Ini semua bukan salahmu Eunhwa-ah. Lagipula, segala sesuatu itu terjadi untuk sebuah alasan. Hal ini pun juga, Tuhan pasti punya rencana. Percayalah… semoga ini yang terbaik…” senyum masih terukir di bibirnya.
Aku betul-betul kalah telak darinya. Dia yang merasakan semua sakit, tapi aku yang malah menangis untuknya. Padahal harusnya aku sama sekali tidak merasakan sakitnya. Dia begitu tegar menghadapi semuanya… terlalu tegar… aku juga ingin menjadi tegar untuknya.
--
“Dokter! Tolong dokter! TOLONG!!!”

Dokter dan perawat dengan seragam putihnya segera masuk dan mengerumuni Hongki yang tengah menjerit kesakitan. 
Entah apa yang dia lakukan dengan tubuh Hongki, aku melihatnya memberontak dan berteriak. Tapi selang beberapa menit kemudian tubuhnya berhenti bergerak. Layar di samping Hongki berubah, tidak lagi menunjukkan garis naik turun tidak beraturan. Tapi sebuah garis lurus…

Seorang dokter mendekatiku.
“Aku betul-betul minta maaf… tapi kami sudah melakukan semua yang kami bisa. Maaf…” katanya padaku. “Waktu kematian 16.37…” lanjutnya.
Kakiku gemetar… aku terjatuh, tidak tahu lagi kekuatanku ke mana hingga aku tidak bisa berdiri. Tidak lama kemudian seorang perawat memberikan surat padaku.
“Ini dititip Hongki pagi tadi saat pemeriksaan…”
Aku meraih surat dari perawat itu…

Untuk sepupu terbaik yang bisa kumiliki di seluruh dunia ini,
Shin Eunhwa

Eunhwa-ah… akupergi…


Maaf aku berpamitan seperti ini…
Aku juga minta maaf sudah menimbulkan banyak kesusahan untukmu..
Demiku, kamu terus belajar dengan giat…
Demiku, kamu menggunakan semua waktu luangmu untuk mencari uang dan merawatku..
Demiku, kamu bahkan meninggalkan cintamu..
Aku ini betul-betul benalu buatmu…

Tapi meskipun aku ini benalu, kamu tidak pernah mencabutku.. kamu bahkan terus menjagaku agar tidak lepas darimu..

Eunhwa-ah…
Terima kasih… sangat berterima kasih untuk semua kebaikan yang telah kamu berikan padaku..
Padahal aku ini hanya sepupumu, tapi kamu menjaga seperti adik kandungmu sendiri. Terima kasih…
Terima kasih juga telah memberikan semangat padaku hingga akhir… terus memberikan harapan padaku dan terus berdoa untuk kesembuhanku… terima kasih…

Eunhwa-ah… kadang aku bertanya pada Tuhan…
“Kenapa itu aku?”, “Kenapa jin penyakit ini memilihku?”, “Apa salahku? Aku ingin bisa hidup normal seperti yang lainnya!”
Dan di saat seperti itu aku akan menangis dan marah…
Menyesali takdirku…

Tapi… aku bertemu Yuri. Gadis yang membawa banyak perubahan dalam hidupku…

 Jujur… aku sangat ingin bertemu Yuri.

Oia Eunhwa-ah, apa kamu masih ingat cerita tentang bagaimana aku bertemu dengannya? Itu diawal kepindahan kita ke Seoul, sewaktu aku masuk SMA. Aku pikir aku jatuh cinta padanya saat itu juga. Yuri memberikan aku harapan untuk hidup. Untuk orang seperti diriku… mungkin masih ada masa depan yang bahagia juga… aku ingin bisa selalu ada di sisinya. Han Yuri… cinta pertamaku. Aku menjalani sisa hidupku dengan kebahagiaan dan kekuataan darinya.  Tapi… aku tidak pernah bisa lepas dari penyakitku.

 Ingat ketika kita di karaoke? Kita bertemu dengannya… aku pikir Tuhan memberiku kesempatan untuk memperbaiki semuanya… minta maaf dan menceritakan semuanya lalu kami bisa bersama lagi. Han Yuri… dia sama sekali tidak berubah. Meski  sudah menyakitinya, dia masih sama seperti yang dulu. Aku masih bisa merasakan cintanya yang tidak berkurang… malah membuatku makin sadar, rasa cintanya makin besar. Dia masih Han Yuri yang kucintai… itulah kenapa aku tidak jadi mengatakannya… karena usiaku sudah 21 tahun 11 bulan dan aku masih belum mendapatkan donor… aku mungkin tidak akan ada di masa depannya.

Aku ingin berada di sisi Yuri selamanya… sangat ingin… setidaknya aku ingin mengatakan “Aku mencintaimu” sekali lagi… tapi… inilah takdirku. Tapi apakah kamu tahu, Eunhwa-ah…  sekarang, aku bersyukur. Bersyukur menjadi dirku… meskipun hidupku terdengar sangat menyedihkan, tapi jika aku tidak terlahir sebagai diriku… aku tidak akan bertemu denganmu dan Yuri, mencintai, dan dicintai… dan aku tidak mau begitu. Aku bahagia seperti ini. sungguh…

Eunhwa-ah… Yuri-ah… kalian berdua orang yang penting dalam hidupku…
Aku berdoa, semoga kalian berdua bisa hidup bahagia selamanya…
Selama hidupku, kamu selalu menjagaku dan membuatku senang… karena itu… aku titip Yuri padamu…  tolong jaga kekasihku…
Dan Eunhwa-ah… raihlah kembali cintamu yang kamu tinggalkan karenaku…

Segala sesuatunya terjadi karena sebuah alasan…
Mungkin hal ini terjadi agar aku bisa lebih merasakan dan menghargai cinta yang kalian berikan padaku…
Tuhan selalu punya rencana untuk kita…

Sepupu benalumu,
Lee Hongki.

Air mata bergulir turun lagi. Maaf Hongki-ah… aku menangis lagi… padahal aku sudah berjanji untuk tegar demimu. Tapi… ijinkan hari ini aku melanggar janjiku hari ini. Ijinkan hari ini aku menangis… aku mohon…
*end of Shin Soowon POV*


*Author POV*
Seorang gadis dengan pakaian pengantin duduk di depan sebuah makam dengan papan bertuliskan ‘Lee Hongki’.
“Hongki-ah… sekarang, aku akan selalu berada di sisimu…” dia meletakkan sebuah kertas di depan makam. ‘Marriage Application’. “Mulai hari ini, aku adalah istrimu dan sebagai istri, aku akan menghabiskan sisa hidupku dengan kamu di hatiku.” Gadis itu diam beberapa saat.  “Hongki-ah… hidup adalah hal yang menyedihkan untukmu… tapi aku bersyukur Tuhan memberikanmu hidup. Karena aku bisa berjumpa denganmu… jatuh cinta padamu… dan untuk itu semua aku bersyukur. Dan tidak akan pernah menyesal. Jika ada kehidupan lagi… aku ingin berjumpa denganmu lagi, jatuh cinta denganmu lagi… bahkan jika aku tahu akan ada konsekuensi seperti ini, aku tetap ingin begini… ingin bisa terus jatuh cinta denganmu…”
Air mata mengalir turun membasahi pipinya, tapi sebuah senyum manis terukir di wajahnya.
Gadis itu mendekatkan dirinya untuk memeluk makam itu dan mengecupnya… “Aku mencintamu Lee Hongki…”
Kemudian dia menyandarkan tubuhnya di makam itu. “Kamu akan menungguku, kan? Sampai jumpa… sampai bertemu lagi di suatu tempat…”


===========================================

seeyaaaaa~ :D